Senin, 20 April 2015

makalah sirosis hepatis


AB I
PENDAHULUAN
  1. A.    Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki – laki dari pada perempuan. dengan perbandingan 2 – 4 : 1.
  1. B.   Tujuan Penulisan
    1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Sirosis Hepatis.
    2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Sirosis Hepatis.
    3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan klien dengan penyakit Sirosis Hepatis.
    4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien dengan dengan Sirosis Hepatis.
    5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan klien dengan Sirosis Hepatis.
    6. Sistematika Penulisan
BAB 1           : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, dan sistematik penulisan.
BAB II          : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, jenis, patologis, tanda    gejala, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penata laksanaan serta asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan dan implementasi, discharge planning, dan evaluasi
BAB III         : Penutup yang terdiri kesimpulan dan daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
  1. A.    Konsep Dasar
1. Definisi
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.
Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah. Sirosis hepatis ringan dapat memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali. Sedangkan pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi hati tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis adalah virus, obat-obatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis adalah dengan melakukan pencangkokan hati.

Beberapa pengertian menurut para ahi:
  • Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
  • Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang abnormal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati.
  • Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati normal oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia Anderson,2001:445).
  1. 2.      Jenis/Klasifikasi/Stadium
Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua faktor pencetus utama untuk sirosis Laennec. Sisrosis pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling sering dijumpai. Ada tiga jenis sirosis hati, yaitu: 
  1. Sirosis portal Laennec disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil dan nodular. Pada sirosis tipe ini yang paling sering ditemukan di negara Barat.
  2. Sirosis poscanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin biasanya berasal dar hepatitis virus akut yang sebelumnya terjadi. Hepar mengecil dengan banyak nodul dan jaringan fibrosa.
  3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi empedu yang kronis dan infeksi (kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis poscanekrotik.
Dan seacara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
  1. a.      Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.
  2. b.     Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang  jelas. Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnyanodul, yaitu:
  1. a.      Makronoduler (Ireguler, multilobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3 mm.
  1. b.     Mikronoduler (reguler, monolobuler)
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
  1. c.      Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler
Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

  1. 3.      Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum alkohol, penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah jaringan parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Jaringan-jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.
Sirosis Pasca Nekrotik (Hepatitis dari Virus tipe B dan C). Infeksi hepatitis virus tipe B dan C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus ati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodu sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel reikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat meghubungkan daerah porta dan sentra.
 Sirosis Billier (Obstruksi Billiaris Pascahepatik). Kerusakan sel hati yang dimulai sekitar duktus biliaris akan menimbulkan pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Penyebabnya oleh karena obstruksi biliaris pascahepatik. Terjadi stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Hati akan membesar keras, bergranula halus. Ikterus merupakan bagian awal dari dan utama dari sindrom ini.
4. Tanda dan gejala                        
Terdapat beberapa gejala pada sirosis hati, seperti :
  1. kelelahan .
  2. hilang nafsu makan.
  3. mual-mual.
  4. badan lemah.
  5. kehilangan berat badan.
  6. nyeri lambung .
  7. air kencing berwarna gelap.
  8. kadang-kadang hati teraba keras.
  9. gangguan pencernaan.
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan terdapat pula beberapa tanda klinis yang    terjadi pada penderita sirosis hepatis, yaitu:
  1. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis dan Jaundice (Kuning pada bagian kulit dan putih mata).
  2. Timbulnya asites (  akumulasi air di perut ) pada penderita sirosis.
  3. Timbulnya edema ( akumulasi air di kaki ) pada penderita sirosis.
  4. Hati yang membesar(disebabkan oleh penumpukkan produk empedu dalam hati)
  5. Hipertensi portal
  6. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu empedu.
5. Komplikasi
Pada sirosis hepatis terdapat beberapa komplikas yang akan dialami oleh si penderita, diantaranya yaitu:
a. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air berakumulasi dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki yang mengalami edema akan menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
  1. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk melawan infeksi secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa pasien penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut dan kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
c.Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau “coffee grounds”, yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam, disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena), dan kepeningan orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
  1. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam darah sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada malam hari (berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang paling dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi atau melakukan perhitungan, kehilangan memori, kebingungan atau tingkat kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat menimbulkan kematian).
  1. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan cara darah mengalir melalui ginjal. Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine yang memadai. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu.
  1. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal. Darah yang mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
  1. Hypersplenism
Adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah (thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada perdarahan yang berkepanjangan (lama).
  1. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko kanker hati utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
  2. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis
  3. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan sirosis hatinya.
  4. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik. Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
  5. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
  6. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ pencernaan.
7. Penatalaksanaan
1)     Penatalaksanaan Medik
  1. a.      Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan kemampuan hati untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
  1. Tindakan Penjagaan
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur, menekan setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus memahami kemungkinan melena dan memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak feses yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi pendarahan gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan obat-obatan.
  1.  Jika terjadi Hemoragi
Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk menghentikan pendarahan, memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan. Hemoragi masih akibat pendarahan dari varises esophagus atau lambung di pindahkan di unit intensif. Penderita sirosis memerlukan penjelasan tentang kejadian yang telah dialami.
  1. Ensefalopati hepatic
Merupakan komplikasi neurology yang mungkin terjadi dan mencakup kemunduran status mental serta dimensi di samping adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunteer dan involunteer yang abnormal. Yang disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan ditimbulkan pada metabolisme otak.
  1.  Terapi
Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak dapat diserap untuk melakukan kadar anomia.

2)      Penatalaksanaan Keperawatan
  1. Pemantauan
Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri pada status mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat jika abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di rumah oleh perawatan melalui intruksi diet. Instruksi yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari diet.
Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang perlunya kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Yang mencakup istirahat, kemungkinan perubahan gaya hidup, diet yang memadai dan pantang alkohol.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama di samping asupan makanan dan perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pengkajian pada klien sirosis hepatis menurut Engram (1998) dan Tucker (1998) diperoleh data sebagai berikut :
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
– Alkoholisme                           
– Hepatitis viral
– Obstruksi kronis dari duktus koledukus dan infeksi (kolangitis)
– Gagal jantung kanan berat kronis berkenaan dengan korpulmona.

  1. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan :
          1. Gangguan GI, mual, anoreksia, flatulens, dispepsia, muntah, perubahan kebiasaan usus (disebabkan oleh perubahan metabolisme nutrien).
2. Nyeri abdomen kuadran kanan atas (disebabkan oleh pembesaran hepar).
3. Pembesaran, hepar dapat diraba (pada tahap lanjut penyakit, peningkatan pembentukan jaringan parut yang menyebabkan kontraksi jaringan hepar karenanya mengisutkan hepar.
4. Demam ringan (disebabkan oleh penurunan produksi antibodi).
  1. 3.       Pemeriksaan diagnostik:
          a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
          b.Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis.
          c.Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan sirosis hatinya.
          d.Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik. Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
          e.Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
          f.Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ pencernaan.
          g. Scan CT, atau MRI di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.d.      Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites).
4. Pemeriksaan psikososial
     a. Riwayat Sosial 
Keadaan sosial dan ekonomi berpengaruh, apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang dampaknya mempengaruhi prilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat.
  1. Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hati dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema, gangguan integument, dan terpasangnya
alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, dan gangguan rasa nyaman.
2. Perubahan status  nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan itegritas kulit edema dan dekubitus.
3 Perencanaan dan implementasi
1. Istirahat. Penderita penyakit hati yang aktif memerlukan istirahat dan berbagai tindakan   pendukung lainnya yang memberikan kesempatan kepada hati untuk membangun kembali kemampuan fungsionalnya. Berat badan, asupan serat dan cairan yang keluar harus di ukur dan di catat setiap hari. Pengaturan posisi pasien di tempat tidur agar mencapai status pernapasan yang efisien. Diperlukan terapi oksigen pada penderita gagal hati untuk oksigenasi sel-sel yang rusak dan untuk mencegah destruksi sel lebih lanjut. Pada penderita sirosis diperlukan istirahat yang cukup, karena istirahat yang cukup akan mengurangi kebutuhan hati dan meningkatkan suplai darh hati.
2. Perbaikan status nutrisi. Penderita sirosis yang tidak mengalami asites dan edema harus mendapatkan diet yang bergizi dan tinggi-protein dengan penambahan vitamin B kompleks serta vitamin lainnya menurut kebutuhan ( termasuk vitamin A, C, K dan asam fosfat ). Asupan makan pada penderita SH sedikit tapi sering dan mempertimbangkan makanan kesukaan pasien. Dilakukan pemasangan NGT pada pasien yang mengalami anoreksia berat atau lama, pasien yang muntah atau tidak dapat makan dengan alasan apapun. Harus mempertahankan  asupan kalori yang tinggi.
3. Perawatan Kulit. Perlu ketelitian dalam melakukan perawatan kulit karena dengan sehubungan edema subkutan, ikterus dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi serta luka pada kulit. Diperlukan perubahan posisi untuk mencegah dekubitus. Menggunakan lition diperlukan karena dapat memperlancar sirkulasi agar ketika dilakukan massase, mencegah dekubitus dan dan mendinginkan kulit yang iritasi.
4 Discharge Planning
      1.  Hindari minuman beralkohol
      2.Berikan penyuluhan pada pasien untuk membatasi aktivitas
     3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang terapi yang diberikan, dosis serta efek samping
4.  Tekankan pada pasien untuk control sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5. Evaluasi
     1. Memperlihatkan kemampuan untuk turut serta dalam aktivitas:
  1. Merencanakan aktivitas dan latihan serta periode istirahat secara bergantian
  2. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien
  3. Memperlihatkan peningkatan berat badan tanpa pertambahan edema dan                 pembentukan asites
  4. Turut serta dalam asuhan higienik
2.  Meningkatkan asupan nutrisi
a. Memperlihatkan asupan nutrien yang tepat dan pantang alkohol yang dicerminkan oleh cacatan diet
b. Menaikkan berat badan tanpa pertambahan edema dan pembentukan asites
c. Melaporkan perbedaan gangguan anreksia
d. Mengenali makanan dan cairan yang bergizi yang diperbolehkan atau harus dibatasi
dalam dietnya
  1. e.  Mengikuti terapi vitamin
    1.  Menjelaskan dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering.
    2. 4.      Memperlihatkan Perbaikan Integritas Kulit
      1. Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka, infeksi atau trauma
      2. Menunjukkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh tanpa edema
      3. Mengubah posisi dengan sering dan menginspeksi prominensia ( tonjolan ) tulang setiap hari
      4. Menggunakan losion untuk meredakan pruritus





BAB III
PENUTUP
  1. A.              Kesimpulan
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan mengalami fibrosis. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan.






















DAFTAR PUSTAKA
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Brunner & Suddarths. (2000) Textbook of Medical Nursing. 4thed Philadelphia: Lipponcot
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Tidak ada komentar: