KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan
ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-NYAlah, saya dapat
menyelesaikan Askep yang berjudul “CROHN`S DISEASE” tepat pada waktunya.
Untuk itu saya sengat bersyukur,
karena adanya pedoman dari si penulis yang di turunkan dari Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga kami pun mampuh menyelesaikan Askep ini. Dan saya sangat
berharap, dengan diadakan Askep ini bisa membantu mahasiswa UNPI, agar lebih
menonjol kedepan wawasan dari mahasiswa UNPI Manado.
Askep ini saya susun untuk
melengkapi tugas Pendidikan Sains, selain itu untuk mengetahui dan memahami apa
itu Hipofisis.
Saya mengucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan Askep ini.
Saya menyadari bahwa Askep ini masih
jauh belum sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan
berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang........................................................................................3
B. Rumusan
masalah...................................................................................3
C. Tujuan ……….........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ……………………...................................................................4
B. Etiologi …………………………………...............................................4
C. Menifestasi Klinis .................................................................................5
D. Patofisiologi
...........................................................................................5
E. Pemeriksaan Diagnostik
.........................................................................6
F. Tujuan Teoritis .......................................................................................7
1. Pengkajian
……………………………………………………..7
2. Diagnosa
Keperawatan ………………………………….……..7
3. Intervensi
Keperawatan …………………………………..….8-11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan..................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
……………………………
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit-penyakit inflamatorik kolon atau
penyakitpenyakit radang usus besar ( Inflammatory Bowel Diseases) dapat dibagi
dalam dua golongan : Penyakit radang kolon karena infeksi Penyakit radang kolon
karena non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan karena kuman Shigella, ameba
dan sebagainya. Yang akan dibahas sekarang adalah penyakit radang kolonyang
non-infeksi atau tidak jelas disebabkan karena infeksi.Walaupun kasus ini tidak
begitu sering dijumpai diIndonesia dibandingkan dengan negara-negara Barat,
akantetapi justru karena hal ini, maka penyakit tersebut seringkurang mendapat
perhatian oleh dokter di Indonesia, sehingga diagnosa menjadi salah dan
pengobatan tidak diberikan dengan tepat.
B. Rumusan Masalah
Apa
Pengertian dari Penyakit Crohn ?
Apa
Etioligi dari Penyakit Crohn ?
Bagaimana
Patofisiologis dari Crohn ?
Bagaiman
Patogenesis dari Penyakit Crohn ?
Apa
saja Tanda dan Gejala yang muncul dari Penyakit Crohn ?
Apa
saja Komplikasi dari Penyakit Crohn ?
Apa
saja Diagnosa yang mungkin muncul pada Penyakit Crohn ?
Bagaimana
Prognosis Penyakit Crohn ?
Bagaimana
Pengobatan Penyakit Crohn ?
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum : Untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
2. Tujuan Khusus :
a.
agar bisa mengerti dan memahami tentang Penyakit Crohn.
b.
agar dapat mengetahui penyebab dan patogenesis Penyakit Crohn.
c.
Agar bisa mengetahui tanda dan gejala serta penatalaksanaannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIFINISI
Ditulis
oleh Aidan Gillen Crohns adalah penyakit auto-imun yang tidak membedakan orang. Umumnya
didiagnosis pada pasien antara usia 20-30, anak-anak muda dan orang dewasa yang
lebih tua juga dapat menderita dengan penyakit kronis yang disebut crohns.
Intensitas gejala dapat berkisar dari ringan sampai parah. Kadang-kadang, mudah
untuk melupakan Anda bahkan sakit dan crohns Anda secara teknis dalam
pengampunan. Di lain waktu, sulit untuk gambar hidup dengan crohns bahkan satu
hari lagi. Oleh karena itu, dukungan penyakit crohns sangat penting. Anda akan
perlu dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti apa yang Anda alami dan dapat
membantu Anda, ketika diperlukan.
Brunner&suddarth.2002 Penyakit crohn merupakan salah satu
penyakit usus inflamatorik, yang dapat menyerang seluruh bagian saluran
gastrointestinal , mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi pada anus.
Arif
mansjoer, dkk .2001 Crohn
disease adalah suatu inflamasi transmural gangguan dari saluran system
pencernaan.
Grace.P.A.2002 Enteritis regional(penyakit crohn)
merupkan suatu penyakit peradangan granulomatosa kronis pada saluran cerna yang
sering terjadi berulang.
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis,
Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding
usus. Enteritis regional, ileokolitis, atau Penyakit Crohn merupakan suatu
penyakit peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi
berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan
dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum)
dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran
pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.
B. Etiologi
Etiologi
Penyakit Crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga
kemungkinan penyebabnya, yaitu :
Kelainan
fungsi sistem pertahanan tubuh, infeksi dan makanan.
Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga
merupakan reaksi hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif
yang belum diketahui. Teori-teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi
granulomatosa yang mirip dengan lesi-lesi yang ditemukan pada jamur dan
tuberkulosis paru. Terdapat beberapa persamaan yang menarik antara enteritis
regional dan kolitis ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang, walaupun
lesinya berbeda. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi di luar saluran cerna
yaitu uveitis, artritis dan lesi-lesi kulit yang identik.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala
klinis yang paling sering timbul adalah sebagai berikut :
·
Nyeri abdomen
·
Diare yang tidak hilang dengan defekasi, terjadi
pada 90% pasien .
·
Jaringan parut dan pembentukan granuloma
mempengaruhi kemampuan usus untuk menstranspor produk dari pencernaan usus atas
melalui lumen terkonstriksi mengakibatkan nyeri abdomen seperti kram . karena
peristaltic usus di rangsang oleh makanan, nyeri terjadi setelah makan. Untuk
menghindari nyeri, pasien cenderung untuk membatasi masukan makanan ,
mengurangi jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak
terpenuhi.
·
Penurunan berat badan ,malnutrisi, 3nemia
sekunder.akibatnya individu menjadi kurus karena masukan makanan tidak adekuat
dan cairan hilang secara terus-menerus.
·
Usus yang terinflamasi dapat mengalami perforasi dan
membentuk abses anal dan intra-abdomen . terjadi demam dan leukositosis. Abses
,fistula, dan fisura umum terjadi.
·
Perjalan klinis dan gejala bervariasi. Pada beberapa
pasien terjadi periode remisi dan eksaserbasi, sementara yang lain mengikuti
beratnya penyebab.
·
Gejala meluas keseluruhan saluran gastrointestinal
dan umumnya mencakup masalah sendi(arthritis),lesi kulit(eritema
nodosum),gangguan okuler(konjungtivitis), ulkus oral.
D. PATOFISIOLOGI
Enteritis regionl/ penykit crohn
umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda , tetapi dapat terjadi kapan saja
selama hidup. Keadaan ini sering terlihat pada populasi lansia (50-80 tahun).
Meskipun ini dapat terjdi dimana saja disepanjang sluran gastrointestinal ,
area paling umum yang sering terkena adalah ileum distl dan kolon.
Enteritis regional adalah penyakit
inflamasi kronois dan subakut yang meluas keseluruh lapisan dinding usus dari
mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula . fistula dan
abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam peritoneum . lesi (ulkus)tidak
pada kontak terus menerus satu sama lain dipisahkan oleh jaringan normal.
Granuloma terjadi pada setengah kasus pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai
penampilan (coblostone) dengan berlanjutnya penyakit , dinding usus menebal dan
menjadi fibrotic dan lumen usus menyempit.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang, terutama pada penderita
yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit. Tidak ada
pemeriksaan khusus untuk mendeteksi Penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah
bisa menunjukan adanya :
·
anemia.
·
peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.
·
kadar albumin yang rendah
·
tanda-tanda peradangan lainnya.
·
Hitung darah lengkap dilakukan untuk mengkaji
hematokrit dan kadar hemoglobin (yang biasanya menurun) serta hitung sel darah
putih (yang mungkin meningkat). Laju sedimentasi biasanya meningkat. Kadar
albumin dan protein mungkin menurun, menunjukan malnutrisi.
·
Pemeriksaan barium dari saluran gastroentestinal
atas menunjukan ”tanda garis” klasik pada sinar-x dari ileum terminalis,
menunjukan konstruksi segmen usus.enema barium juga dapat menunjukan adanya
ulserasi dan ”coblestone” serta adanya fisura dan fisula. Enema bisa
menunjukkan gambaran yang khas untuk Penyakit Crohn pada usus besar. Pemindaian
CT dapat menunjukan adanya penebalan dinding usus dan fistula saluran.
·
Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan
kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis.
·
CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding
usus dan menemukan adanya abses, namun tidak digunakan secara rutin
sebagai pemeriksaan diagnostik awal.
·
Pemeriksaan proktosigmoidoskopi biasanya dilakukan
diawal, untuk menentukan apakah area rektosigmoid terinflamasi. Pemeriksaan
feses juga dilakukan dan mungkin positif untuk darah samar dan steatorea
(kelebihan lemak dan feses).
F. TUJUAN TEORITIS
1. Pengkajian
·
Pengkajian
subjektif
1)
Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan
karakteristik nyeri abdomen; diare, tenesmus, mual, anoreksia, penurunan BB.
2)
Riwayat keluarga tentang penyakit usus inflamasi
3)
Pola diet : jumlah Alkohol, kafein, dan nikotin yang dipakai setiap hari atau
setiap minggu.
4)
Pola eliminasi : karakter, frekuensi, dan adanya darah, pus, lemak, atau mukus.
5)
Alergi : intoleransi usus atau laktose.
6)
Kaji gangguan pola tidur bila diare atau nyeri terjadi pada malam hari.
·
Pengkajian
obektif
1)
Auskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakteristiknya.
2)
Palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan, atau nyeri.
3)
Inspeksi kulit terhadap adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi.
4) Feses di inspeksi
terhadap adanya darah dan mucus.
2. Diagnosa Keperawatan
Diare
berhubungan dengan proses inflamasi
Nyeri
berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
Kurang
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksi, mual, dan diare
Perubahan
nutris kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet, mual,
dan malabsorbesi
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan keletihan
Ansietas
berhubungan dengan rencana pembedahan
Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan episode diare berulang
Risiko
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan malnutrisi dan diare
Kurang
pengetahuan mengenai proses dan penatalaksanaan penyakit
Masalah
kolaboratif komplikasi potensial
Berdasarkan
pada data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat terjadi mencakup :
·
Disritmia jantung berhubungan dengan penipisan
elektrolit
·
Pendarahan GI dengan kehilangan volume cairan
·
Perforasi usus
3. INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO.
DX
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan nyeri dapat teratasi dengan
KH sebagai berikut :
1. Secara
subjektif melaporkan nyeri berkurang
2. Ekspresi
wajah pasien tenang dan rileks
3. Dapat
mengidentifikasi kegiatan yang dapat menambah atau mengurangi nyeri
4. Pasien
tidak gelisah
5. Skala
nyeri turun
0 - 10
|
1. Kaji
skala nyeri (0 – 4)
2. Jelaskan
dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi
3. Istirahatkan
pasien
4. Ajarkan
teknik distraksi
5. manajemen
pemberian diit dan menghindari agen iritan mukosa lambung
6. kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antasida sesuai dosis
|
1. perawat
mengkaji tingkat nyeri dan dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat –
obatan dan menghindari zat pengiritasi
2. pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri
3. istirahat
secara fisiologis dapat menurunkan kebutuhan oksigen
4. distraksi
dapat menurunkan stim ulus internal
5. dengan
emnghindari makan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung dapat
menurunkan intensitas nyeri
6. antasid
untuk mempertahankan Ph lambung pada tingkat normal (4,5)
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, masalah cairan dan elektrolit dapat teratasi
dengan KH sebagai berikut :
1. membran
mukosa lembab, turgor kulit normal
2. TTV
dalam batas normal
3. Output
>600ml/hari
4. Laboratorium
: nilai elektrolit normal
|
1. Monitor
TTV
2. Monitor
status cairan (membran mukosa, turgor kulit dan output urin)
3. Kaji
sumber kehilangan cairan
4. Manajemen
pemberian cairan
5. Kolaborasi
untuk pemberian diuresis
|
1. Mengetahui
keadaan umum pasien, hipotensi datap terjadi pada kondisi hipovolemia
2. Jumlah
dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan
volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urin. Monitor dilakukan dengan
ketat pada produksi urin
3. Kehilangan
caairan dan muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium per oral yang juga
akan meningkatkan risiko gangguan elektrolit
4. Intake
dan output cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda – tanda awal
terjadinya dehidrasi
|
3.
|
Setelah dilakukan keperawatan
selama 3x24 jam, masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi
dengan KH sebagai berikut :
1. Pasien
dapat mempertahankan asupan status nutrisi yang adekuat
2. Pernyataan
motivasi yang kuat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisinya
|
1. Kaji
status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan dan penurunan berat badan
2. Fasilitasi
pasien memperoleh diit biasa yang dikonsumsi pasien setiap hari
3. Pantau
intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik
4. Lakukan
dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
5. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk pemberian ddit yang seimbang
6. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian anti muntah sesuai dosis
|
1. Menetapkan
derajad masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
2. Memperhitungkan
keinginan individu agar dapat memperbaiki nutrisi
3. Berguna
dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4. Menurunkan
rasa tidak enak karena sisa makanan dan bau obat yang dapat merangsang pusat
muntah
5. Merencanakan
diit dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi pengingkatan
kebutuhan energi dan kalori
6. Meningkatkan
rasa nyaman pada gastrointestinal dan meningkatkan keinginan intake nutriso
dan cairan per oral
|
4.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan resti infeksi dapat teratasi
dengan KH sebagai berikut :
1. Tanpa
adanya infeksi dan tanda – tanda kemerahan setelah jahitan dilepas
2. TTV
terutama suhu dalam batas normal : 36
|
1. Kaji
TTV
2. Kaji
jenis pembedahan
3. Lakukan
perawatan luka pada hari ke dua pasca bedah
4. Bersihkan
luka pada saat setiap perawatan luka
5. Tutup
luka dengan kassa steril
6. Berikan
penkes kepada keluarga pasien dan pasien cara perawatan luka yang benar dan
steril
7. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian anti infeksi sesuai dosis
|
1. Suhu
dapat ikut naik jika pasien terjadi inflamasi dan infeksi
2. Menidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan
3. Perawatan
luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak dengan luka yang
dalam kondisi steril
4. Pembersihan
debridemen dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luar
5. Penutupan
secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda atau udara
6. Pemberian
penkes diharapkan bisa lenih memberikan pemenuhan informasi bagi keluarga
7. Tindakan
kolaborasi dilakukan dengan tujuan untuk lebih optimal dalam pengobatan
|
5.
|
Setelah dilakukan keperawatan
selama 3x24 jam, masalah keperawatan kecemasan dapat teratasi dengan KH
sebagai berikut :
1. Pasien
mampu mgnungkapkan perasaan kepada perawat
2. Pasien
dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan
3. Pasien
dapat rileks dan tidur dengan nyaman
|
1. Monitor
respon fisik, seperti kelelahan, perubahan tanda vital dan gerakan yang
berulang – ulang
2. Anjurkan
pasien dan keluarga mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya
3. Catat
reaksi pasien atau keluarga. Berikan kesempatan utnuk mengungkapkan
perasaannya
4. Ajarka
aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan individu seperti menulis,
menonton tv, dll
|
1. Digunakan
untuk mengevaluasi derajad atau tingkat kesadaran, khusunya jika melakukan
komunikasi verbal
2. Memberikan
kesempatan untuk berkosentrasi kejadian dari rasa takut, dan mengurangi cemas
yang berlebihan
3. Respon
dari kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi dapat disampaikan
kepada perawat
4. Sejumlah
aktivitas atau ketrampilan dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat
menjadi stumulus kecemasan
|
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah
peradangan menahun pada dinding usus. Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui.
Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
Kelainan
fungsi sistem pertahanan tubuh. Infeksi. Makanan.
Penyakit
Crohn dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area
paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Gejala-gejala
Penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum
terjadi, yaitu :
Peradangan
: nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan. Penyumbatan usus akut
yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di dinding usus,
pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah. Peradangan dan penyumbatan usus
parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan menahun.
Pembentukan
saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses), yang
sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan
penurunan berat badan. Komplikasi pada kasus yang menahun, timbul striktura
yang menyebabkan obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau
antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Pengkajian dan
diagnosis yang tepat akan mempermudah pengobatan.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
berharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Soeparman,sarwono wasparji. 1990.
Ilmu penyakit dalam jilid 2. Balai penerbit FKUI: Jakarta
- Brunner &Suddarths. (2000)
Textbook of Medical Nursing. 4th ed Philadelphina: Lipponcot
- Smeltzer,
Suzanne C. 2001. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Jakarta : EGC
- Johnson,Marion
dan Maridean mass.2004.Nursing Outcome Clasification.USA.
- Mosby
year book Mc Loskey,Joanne C dan Gloria M.Bulechec.2004.Nursing Intervention
Clasification.
- Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth,
Endah P. 2000. Jakarta : EGC
- Doengoes,
Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar