Rabu, 15 April 2015

askep crohns disiase

KATA PENGANTAR

           


            Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-NYAlah, saya dapat menyelesaikan Askep yang berjudul “CROHN`S DISEASE” tepat pada waktunya.
            Untuk itu saya sengat bersyukur, karena adanya pedoman dari si penulis yang di turunkan dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami pun mampuh menyelesaikan Askep ini. Dan saya sangat berharap, dengan diadakan Askep ini bisa membantu mahasiswa UNPI, agar lebih menonjol kedepan wawasan dari mahasiswa UNPI Manado.
            Askep ini saya susun untuk melengkapi tugas Pendidikan Sains, selain itu untuk mengetahui dan memahami apa itu Hipofisis.
Saya mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan Askep ini.
            Saya menyadari bahwa Askep ini masih jauh belum sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
A.        Latar belakang........................................................................................3
B.        Rumusan masalah...................................................................................3
C.        Tujuan ……….........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
A.        Definisi ……………………...................................................................4
B.        Etiologi …………………………………...............................................4
C.        Menifestasi Klinis  .................................................................................5
D.        Patofisiologi ...........................................................................................5
E.        Pemeriksaan Diagnostik .........................................................................6
F.         Tujuan Teoritis .......................................................................................7
            1.         Pengkajian ……………………………………………………..7
            2.         Diagnosa Keperawatan ………………………………….……..7
            3.         Intervensi Keperawatan …………………………………..….8-11

BAB III PENUTUP
A.        Simpulan..................................................................................................12
B.        Saran........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit-penyakit inflamatorik kolon atau penyakitpenyakit radang usus besar ( Inflammatory Bowel Diseases) dapat dibagi dalam dua golongan : Penyakit radang kolon karena infeksi Penyakit radang kolon karena non-infeksi. Penyakit infeksi disebabkan karena kuman Shigella, ameba dan sebagainya. Yang akan dibahas sekarang adalah penyakit radang kolonyang non-infeksi atau tidak jelas disebabkan karena infeksi.Walaupun kasus ini tidak begitu sering dijumpai diIndonesia dibandingkan dengan negara-negara Barat, akantetapi justru karena hal ini, maka penyakit tersebut seringkurang mendapat perhatian oleh dokter di Indonesia, sehingga diagnosa menjadi salah dan pengobatan tidak diberikan dengan tepat.

B. Rumusan Masalah
Apa Pengertian dari Penyakit Crohn ?
Apa Etioligi dari Penyakit Crohn ?
Bagaimana Patofisiologis dari Crohn ?
Bagaiman Patogenesis dari Penyakit Crohn ?
Apa saja Tanda dan Gejala yang muncul dari Penyakit Crohn ?
Apa saja Komplikasi dari Penyakit Crohn ?
Apa saja Diagnosa yang mungkin muncul pada Penyakit Crohn ?
Bagaimana Prognosis Penyakit Crohn ?
Bagaimana Pengobatan Penyakit Crohn ?                                                                                               


C. Tujuan
1.         Tujuan Umum : Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Promosi Kesehatan
2.         Tujuan Khusus :
            a. agar bisa mengerti dan memahami tentang Penyakit Crohn.
            b. agar dapat mengetahui penyebab dan patogenesis Penyakit Crohn.
            c. Agar bisa mengetahui tanda dan gejala serta penatalaksanaannya















BAB II
PEMBAHASAN
A.        DIFINISI
            Ditulis oleh Aidan Gillen Crohns adalah penyakit auto-imun yang tidak membedakan orang. Umumnya didiagnosis pada pasien antara usia 20-30, anak-anak muda dan orang dewasa yang lebih tua juga dapat menderita dengan penyakit kronis yang disebut crohns. Intensitas gejala dapat berkisar dari ringan sampai parah. Kadang-kadang, mudah untuk melupakan Anda bahkan sakit dan crohns Anda secara teknis dalam pengampunan. Di lain waktu, sulit untuk gambar hidup dengan crohns bahkan satu hari lagi. Oleh karena itu, dukungan penyakit crohns sangat penting. Anda akan perlu dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti apa yang Anda alami dan dapat membantu Anda, ketika diperlukan.
            Brunner&suddarth.2002 Penyakit crohn merupakan salah satu penyakit usus inflamatorik, yang dapat menyerang seluruh bagian saluran gastrointestinal , mulai dari mulut (berupa stomatitis) sampai lesi pada anus.
            Arif mansjoer, dkk .2001 Crohn disease adalah suatu inflamasi transmural gangguan dari saluran system pencernaan.
            Grace.P.A.2002 Enteritis regional(penyakit crohn) merupkan suatu penyakit peradangan granulomatosa kronis pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus. Enteritis regional, ileokolitis, atau Penyakit Crohn merupakan suatu penyakit peradangan granulomatosa kronik pada saluran cerna yang sering terjadi berulang.
Penyakit ini mengenai seluruh ketebalan dinding usus. Kebanyakan terjadi pada bagian terendah dari usus halus (ileum) dan usus besar, namun dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan bahkan kulit sekitar anus.
B.      Etiologi
            Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
            Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh, infeksi dan makanan.                                                        Walaupun tidak ditemukan adanya autoantibodi, enteritis regional diduga merupakan reaksi hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum diketahui. Teori-teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomatosa yang mirip dengan lesi-lesi yang ditemukan pada jamur dan tuberkulosis paru. Terdapat beberapa persamaan yang menarik antara enteritis regional dan kolitis ulseratif. Keduanya adalah penyakit radang, walaupun lesinya berbeda. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi di luar saluran cerna yaitu uveitis, artritis dan lesi-lesi kulit yang identik.
C.        MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang paling sering timbul adalah sebagai berikut :
·         Nyeri abdomen
·         Diare yang tidak hilang dengan defekasi, terjadi pada 90% pasien .
·         Jaringan parut dan pembentukan granuloma mempengaruhi kemampuan usus untuk menstranspor produk dari pencernaan usus atas melalui lumen terkonstriksi mengakibatkan nyeri abdomen seperti kram . karena peristaltic usus di rangsang oleh makanan, nyeri terjadi setelah makan. Untuk menghindari nyeri, pasien cenderung untuk membatasi masukan makanan , mengurangi jumlah dan jenis makanan sehingga kebutuhan nutrisi normal tidak terpenuhi.
·         Penurunan berat badan ,malnutrisi, 3nemia sekunder.akibatnya individu menjadi kurus karena masukan makanan tidak adekuat dan cairan hilang secara terus-menerus.
·         Usus yang terinflamasi dapat mengalami perforasi dan membentuk abses anal dan intra-abdomen . terjadi demam dan leukositosis. Abses ,fistula, dan fisura umum terjadi.
·         Perjalan klinis dan gejala bervariasi. Pada beberapa pasien terjadi periode remisi dan eksaserbasi, sementara yang lain mengikuti beratnya penyebab.
·         Gejala meluas keseluruhan saluran gastrointestinal dan umumnya mencakup masalah sendi(arthritis),lesi kulit(eritema nodosum),gangguan okuler(konjungtivitis), ulkus oral.

D.        PATOFISIOLOGI
            Enteritis regionl/ penykit crohn umumnya terjadi pada remaja atau dewasa muda , tetapi dapat terjadi kapan saja selama hidup. Keadaan ini sering terlihat pada populasi lansia (50-80 tahun). Meskipun ini dapat terjdi dimana saja disepanjang sluran gastrointestinal , area paling umum yang sering terkena adalah ileum distl dan kolon.
            Enteritis regional adalah penyakit inflamasi kronois dan subakut yang meluas keseluruh lapisan dinding usus dari mukosa usus, ini disebut juga transmural. Pembentukan fistula . fistula dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam peritoneum . lesi (ulkus)tidak pada kontak terus menerus satu sama lain dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus  pada kasus lanjut mukosa usus mempunyai penampilan (coblostone) dengan berlanjutnya penyakit , dinding usus menebal dan menjadi fibrotic dan lumen usus menyempit.

E.        PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
            Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kram perut yang terasa nyeri dan diare berulang, terutama pada penderita yang juga memiliki peradangan pada sendi, mata dan kulit. Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi Penyakit Crohn, namun pemeriksaan darah bisa menunjukan adanya :

·         anemia.
·         peningkatan abnormal dari jumlah sel darah putih.
·         kadar albumin yang rendah
·         tanda-tanda peradangan lainnya.
·         Hitung darah lengkap dilakukan untuk mengkaji hematokrit dan kadar hemoglobin (yang biasanya menurun) serta hitung sel darah putih (yang mungkin meningkat). Laju sedimentasi biasanya meningkat. Kadar albumin dan protein mungkin menurun, menunjukan malnutrisi.
·         Pemeriksaan barium dari saluran gastroentestinal atas menunjukan ”tanda garis” klasik pada sinar-x dari ileum terminalis, menunjukan konstruksi segmen usus.enema barium juga dapat menunjukan adanya ulserasi dan ”coblestone” serta adanya fisura dan fisula. Enema  bisa menunjukkan gambaran yang khas untuk Penyakit Crohn pada usus besar. Pemindaian CT dapat menunjukan adanya penebalan dinding usus dan fistula saluran.
·         Jika masih belum pasti, bisa dilakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) dan biopsi untuk memperkuat diagnosis.
·         CT scan bisa memperlihatkan perubahan di dinding usus dan menemukan adanya abses,  namun tidak digunakan secara rutin sebagai pemeriksaan diagnostik awal.
·         Pemeriksaan proktosigmoidoskopi biasanya dilakukan diawal, untuk menentukan apakah area rektosigmoid terinflamasi. Pemeriksaan feses juga dilakukan dan mungkin positif untuk darah samar dan steatorea (kelebihan lemak dan feses).








F.         TUJUAN TEORITIS
1.      Pengkajian
·         Pengkajian subjektif
1)      Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik nyeri abdomen; diare, tenesmus, mual, anoreksia, penurunan BB.
2)      Riwayat keluarga tentang penyakit usus inflamasi
3)      Pola diet : jumlah Alkohol, kafein, dan nikotin yang dipakai setiap hari atau setiap minggu.
4)      Pola eliminasi : karakter, frekuensi, dan adanya darah, pus, lemak, atau mukus.
5)      Alergi : intoleransi usus atau laktose.
6)      Kaji gangguan pola tidur bila diare atau nyeri terjadi pada malam hari.
·         Pengkajian obektif
1)      Auskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakteristiknya.
2)      Palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan, atau nyeri.
3)      Inspeksi kulit terhadap adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi.
4)      Feses di inspeksi terhadap adanya darah dan mucus.

2.      Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan proses inflamasi
Nyeri berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksi, mual, dan diare
Perubahan nutris kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet, mual, dan malabsorbesi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
Ansietas berhubungan dengan  rencana pembedahan
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan episode diare berulang
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan malnutrisi dan diare
Kurang pengetahuan mengenai proses dan penatalaksanaan penyakit
Masalah kolaboratif komplikasi potensial
Berdasarkan pada data pengkajian, komplikasi potensial yang dapat terjadi mencakup :
·         Disritmia jantung berhubungan dengan penipisan elektrolit
·         Pendarahan GI dengan kehilangan volume cairan
·         Perforasi usus

3.    INTERVENSI KEPERAWATAN
NO.
DX
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan nyeri dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang
2.      Ekspresi wajah pasien tenang dan rileks
3.      Dapat mengidentifikasi kegiatan yang dapat menambah atau mengurangi nyeri
4.      Pasien tidak gelisah
5.      Skala nyeri turun
0 - 10
1.      Kaji skala nyeri (0 – 4)
2.      Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi
3.      Istirahatkan pasien
4.      Ajarkan teknik distraksi
5.      manajemen pemberian diit dan menghindari agen iritan mukosa lambung
6.      kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida sesuai dosis
1.      perawat mengkaji tingkat nyeri dan dan kenyamanan pasien setelah penggunaan obat – obatan dan menghindari zat pengiritasi
2.      pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
3.      istirahat secara fisiologis dapat menurunkan kebutuhan oksigen
4.      distraksi dapat menurunkan stim ulus internal
5.      dengan emnghindari makan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung dapat menurunkan intensitas nyeri
6.      antasid untuk mempertahankan Ph lambung pada tingkat normal (4,5)
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah cairan dan elektrolit dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      membran mukosa lembab, turgor kulit normal
2.      TTV dalam batas normal
3.      Output >600ml/hari
4.      Laboratorium : nilai elektrolit normal

1.      Monitor TTV
2.      Monitor status cairan (membran mukosa, turgor kulit dan output urin)
3.      Kaji sumber kehilangan cairan
4.      Manajemen pemberian cairan
5.      Kolaborasi untuk pemberian diuresis
1.      Mengetahui keadaan umum pasien, hipotensi datap terjadi pada kondisi hipovolemia
2.      Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urin. Monitor dilakukan dengan ketat pada produksi urin
3.      Kehilangan caairan dan muntah dapat disertai dengan keluarnya natrium per oral yang juga akan meningkatkan risiko gangguan elektrolit
4.      Intake dan output cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda – tanda awal terjadinya dehidrasi
3.
Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Pasien dapat mempertahankan asupan status nutrisi yang adekuat
2.      Pernyataan motivasi yang kuat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisinya
1.      Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan dan penurunan berat badan
2.      Fasilitasi pasien memperoleh diit biasa yang dikonsumsi pasien setiap hari
3.      Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik
4.      Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan
5.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian ddit yang seimbang
6.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti muntah sesuai dosis
1.      Menetapkan derajad masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
2.      Memperhitungkan keinginan individu agar dapat memperbaiki nutrisi
3.      Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4.      Menurunkan rasa tidak enak karena sisa makanan dan bau obat yang dapat merangsang pusat muntah
5.      Merencanakan diit dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi pengingkatan kebutuhan energi dan kalori
6.      Meningkatkan rasa nyaman pada gastrointestinal dan meningkatkan keinginan intake nutriso dan cairan per oral
4.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan resti infeksi dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Tanpa adanya infeksi dan tanda – tanda kemerahan setelah jahitan dilepas
2.      TTV terutama suhu dalam batas normal : 36
1.      Kaji TTV
2.      Kaji jenis pembedahan
3.      Lakukan perawatan luka pada hari ke dua pasca bedah
4.      Bersihkan luka pada saat setiap perawatan luka
5.      Tutup luka dengan kassa steril
6.      Berikan penkes kepada keluarga pasien dan pasien cara perawatan luka yang benar dan steril
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti infeksi sesuai dosis
1.      Suhu dapat ikut naik jika pasien terjadi inflamasi dan infeksi
2.      Menidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan
3.      Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan kontak dengan luka yang dalam kondisi steril
4.      Pembersihan debridemen dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luar
5.      Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari kontaminasi dari benda atau udara
6.      Pemberian penkes diharapkan bisa lenih memberikan pemenuhan informasi bagi keluarga
7.      Tindakan kolaborasi dilakukan dengan tujuan untuk lebih optimal dalam pengobatan
5.
Setelah dilakukan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan kecemasan dapat teratasi dengan KH sebagai berikut :
1.      Pasien mampu mgnungkapkan perasaan kepada perawat
2.      Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan atau ketakutan
3.      Pasien dapat rileks dan tidur dengan nyaman

1.      Monitor respon fisik, seperti kelelahan, perubahan tanda vital dan gerakan yang berulang – ulang
2.      Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan dan mengekspresikan rasa takutnya
3.      Catat reaksi pasien atau keluarga. Berikan kesempatan utnuk mengungkapkan perasaannya
4.      Ajarka aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan individu seperti menulis, menonton tv, dll
1.      Digunakan untuk mengevaluasi derajad atau tingkat kesadaran, khusunya jika melakukan komunikasi verbal
2.      Memberikan kesempatan untuk berkosentrasi kejadian dari rasa takut, dan mengurangi cemas yang berlebihan
3.      Respon dari kecemasan anggota keluarga terhadap apa yang terjadi dapat disampaikan kepada perawat
4.      Sejumlah aktivitas atau ketrampilan dapat menurunkan tingkat kebosanan yang dapat menjadi stumulus kecemasan




















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Crohn (Enteritis Regionalis, Ileitis Granulomatosa, Ileokolitis) adalah peradangan menahun pada dinding usus. Etiologi Penyakit Crohn tidak diketahui. Penelitian memusatkan perhatian pada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu :
Kelainan fungsi sistem pertahanan tubuh. Infeksi. Makanan.
Penyakit Crohn dapat terjadi dimanasaja disepanjang saluran gastrointestinal, area paling umum yang serin terkena adalah ilium distal dan kolon.
Gejala-gejala Penyakit Crohn pada setiap penderitanya berbeda, tetapi ada 4 pola yang umum terjadi, yaitu :
Peradangan : nyeri dan nyeri tekan di perut bawah sebelah kanan. Penyumbatan usus akut yang berulang, yang menyebabkan kejang dan nyeri hebat di dinding usus, pembengkakan perut, sembelit dan muntah-muntah. Peradangan dan penyumbatan usus parsial menahun, yang menyebabkan kurang gizi dan kelemahan menahun.
Pembentukan saluran abnormal (fistula) dan kantung infeksi berisi nanah (abses), yang sering menyebabkan demam, adanya massa dalam perut yang terasa nyeri dan penurunan berat badan. Komplikasi pada kasus yang menahun, timbul striktura yang menyebabkan obstruksi, fistel-fistel antara usus dan usus kecil atau antara usus dan kandung kemih atau fistel antara usus dan kulit. Pengkajian dan diagnosis yang tepat akan mempermudah pengobatan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

-           Soeparman,sarwono wasparji. 1990. Ilmu penyakit dalam jilid 2. Balai penerbit FKUI: Jakarta
-           Brunner &Suddarths. (2000) Textbook of Medical Nursing. 4th ed Philadelphina: Lipponcot
-           Smeltzer, Suzanne C. 2001. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Jakarta : EGC
-           Johnson,Marion dan Maridean mass.2004.Nursing Outcome Clasification.USA.
-           Mosby year book Mc Loskey,Joanne C dan Gloria M.Bulechec.2004.Nursing Intervention Clasification.
-           Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC

-           Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar: