Rabu, 15 April 2015

ASKEP KEMASUKAN BENDA ASING PADA MATA DAN HIDUNG

ASKEP KEMASUKAN BENDA ASING PADA MATA DAN HIDUNG

A.    PENDAHULUAN
Kemasukan benda asing adalah keadaan darurat dimana bagian tubuh seperti mata, hidung, telinga dan mulut secara tidak sengaja (tidak diinginkan) atau disengaja kemasukan benda asing yang dapat mengganggu sistem vital tubuh siapa saja dan kapan saja yang dapat menyebabkan kematian karena kurangnya pengetahuan pertolongan pertama.
Cedera mata karena kemasukan benda asing merupakan masalah kesehatan melumpuhkan Amerika yang signifikan.Dewan Riset Nasional melaporkan bahwa “Cedera mungkin adalah-diakui utama masalah kesehatan paling bawah yang dihadapi bangsa saat ini. Studi cedera yang tak tertandingi menyajikan peluang untuk mengurangi morbiditas dan untuk merealisasikan penghematan signifikan dalam keuangan dan manusia baik istilah” American Medical Association Panduan untuk Evaluasi tingkat permanen Penurunan penurunan permanen ke sistem visual pada sama tingkat hampir penurunan nilai mengenai "seluruh manusia" ("kerugian total visi dalam satu mata setara dengan% Penurunan 25 dari Visual System dan 24% Penurunan Manusia Utuh ")
Data dari Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan 'Health Interview Survey, yang dilakukan pada tahun 1977, diperkirakan bahwa hampir 2,4 juta cedera mata terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Laporan ini menghitung bahwa hampir satu juta orang Amerika memiliki visual penurunan yang signifikan permanen karena cedera, dengan lebih dari 75% dari orang-orang yang monocularly buta. cedera mata adalah penyebab utama kebutaan bermata di Amerika Serikat, dan kedua setelah katarak sebagai penyebab paling umum dari gangguan penglihatan. USEIR memperkirakan bahwa 500.000 tahun kehilangan penglihatan terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Cedera adalah penyebab utama untuk berhubungan perawatan rumah sakit-mata.
Begitu juga dengan  keadaan gawat darurat terjadi karena bagian tubuh kita ini terletak menonjol paling depan, makan bagian ini yang akan terbentur lebih dahulu. Juga karena adanya lubang pernapasan, maka bila tersumbat atau terganggu akan menyebabkan gawat darurat pernapasan.
Disfungsi penciuman karena kemasukan benda asing dapat timbul dari berbagai penyebab dan sangat dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.   Sekitar 2 juta orang Amerika mengalami beberapa jenis disfungsi penciuman.   Penelitian telah menunjukkan bahwa disfungsi penciuman mempengaruhi setidaknya 1% penduduk di bawah usia 65 tahun, dan lebih dari 50% dari populasi lebih dari 65 tahun.   Indera penciuman menentukan rasa makanan dan minuman dan juga berfungsi sebagai sistem peringatan dini untuk mendeteksi bahaya lingkungan, seperti makanan basi, buruk dapat mempengaruhi preferensi makanan, asupan makanan dan nafsu makan. Salah satunya trauma hidung . Meskipun fraktur hidung adalah patah tulang wajah yang paling umum, mereka sering tidak diketahui oleh dokter dan pasien.Pasien dengan hidung patah tulang biasanya hadir dengan beberapa kombinasi deformitas, nyeri, perdarahan, edema, ecchymosis, ketidakstabilan, dan kertak, namun, fitur tersebut tidak mungkin ada atau mungkin sementara.
Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk menyusun tugas dengan mata kuliah komunitas pantai yang berjudul asuhan keperawatan kemasukan benda asing pada mata dan hidung.

  1.      KONSEP-KONSEP KUNCI
a.       Kajian Teori Kemasukan Benda Asing pada Mata
b.      Pengkajian Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
c.       Diagnosa Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
d.      Intervensi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
e.       Evaluasi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Mata
f.       Kajian Teori Kemasukan Benda Asing pada Hidung
g.      Pengkajian Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
h.      Diagnosa Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
i.        Intervensi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung
j.        Evaluasi Asuhan Keperawatan Kemasukan Benda Asing pada Hidung

 2.      PETUNJUK
a.       Pelajari materi BAB XIII dengan tekun dan disiplin.
b.      Penyajian setiap bab meliputi : judul bab dan konsep-konsep kunci, petunjuk, kerangka isi, tujuan pembelajaran umum, tujuan pembelajaran khusus, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir bab yang disertai dengan kunci jawaban.
c.       Dalam uraian materi terdapat test sambil jalan. Test ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar bagian demi bagian.
d.      Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir bab dengan tekun dan disiplin.
e.       Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalm pengetahuan dan wawasan anda.
f.       Ikuti penyajian setiap bab tahap demi tahap.
g.      Selamat belajar, semoga sukses.   
 


3.      TUJUAN PEMBELAJARAN
a.      Tujuan Pembelajaran Umum
Mahasiswa mampu:
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan kemasukan benda asung pada mata, hidung sehingga dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam asuhan keperawatan kemasukan benda asing pada mata, hidung.

b.      Tujuan Pembelajaran Khusus
Mahasiswa mampu:
1)      Mengetahui kajian teori dari kemasukan benda asing pada mata, hidung
2)      Mampu   melakukan pengkajian pada askep kemasukan benda asing pada mata, hidung
3)      Mampu  menetapkan diagnosa keperawatan pada askep kemasukan benda asing pada mata, hidung
4)      Mampu membuat rencana keperawatan pada askep kemasukan benda asing pada mata, hidung
5)      Mampu  mengimplementasikan rencana keperawatan pada askep kemasukan benda asing pada mata, hidung
6)      Mampu  mengevaluasi rencana keperawatan yang telah diimplementasikan pada askep kemasukan benda asing pada mata, hidung

B.     PENYAJIAN MATERI
KAJIAN TEORI KEMASUKAN BENDA ASING PADA MATA
  a.      Anatomi dan Fisiologi Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari:
1)      Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari: kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata
2)      Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3)      Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
         Otot-otot penggerak bola mata
         Dinding bola mata yang teriri dari: sclera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
         Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing

4)      Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
         Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
         Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung

 b.      Pengertian
Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata dan terjadi iridocylitis serta panophthmitis. Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokasinya didalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya.
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri.Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut:
1)      Mecanical effect
Benda yang masuk ke dalam bola mata hingga melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi catarack, traumatic. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina.
2)      Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif. Juga kita tidak boleh melupakan infeksi kuman tetanus.
Terjadi perubahan-perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular tissue)
  c.       Penyebab
Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting pohon.
  d.      Manifestasi Klinis
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Penglihatan bisa menjadi kabur.
  e.       Pemeriksaan Penunjang
1)      Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan untuk mengetahui ketajaman penglihatan, normalnya tajam penglihatan seseorang adalah 6/6, sedangkan pada pasien trauma mata hanya 1/30.
2)      Test onel
Dilakukan untuk mengetahui fungsi eksresi sistem lakrimel, normal bila terlihat adanya reaksi menelan tetapi bila test anel negatif atau fungsi lakrimah tidak normal maka keadaan ini mudah sekali terjadi infeksi, umumnya pada pasien trauma mata tes onelnya (-) karena saat itu sistem lakrimal akan lebih banyak mengeluarkan air mata
3)      Pemeriksaan lapang pandang
Dapat diperiksa dengancara konfrontasi yaitu dengancara meminta pasien untuk memejamkan salah satu matanya dan memfokuskan motonya pada salah satu tempat atau satu titik dihadapinya, pada pasien trauma mata pada bagian mata yang trauma maka lapang pandangnya agak sedikit kabur / berkurang, namun pada mata yuang normal lapang pandangnya masih normal/jelas
4)      Foto rontgen orbila
Foto rontgen orbita dilakukan untuk memastikan adanya benda asing di dalam mata, pada trauma mata apabila terdapat benda asing yang masukke dalam mata maka akan terlihat dengan jelas.

  f.       Penatalaksanaan
1)      Anamnesa kejadian trauma
2)      Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
3)      Pemeriksaan dengan optalmoskop
4)      Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
5)      Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan X-Ray orbita dengan PA dan lateral
6)      Perawatan luka
7)      Pengeluaran benda asing sesuai dengan fasilitas dan Rujuk ke rumah sakit pusat.
8)      Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat lebih jelas dan untuk melihat adanya goresan atau benda asing pada mata, bisa diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna flouresensi.Kemudian diberikan obat tetes mata yang mengandung obat bius untuk mematikan rasa dipermukaan mata.Dengan menggunakan alat penerangan khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh dokter.Benda asing seringkali bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang dengan mengguyur mata dengan air steril.
9)      Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan kornea, diberikan salep antibiotik selama beberapa hari. Goresan yang lebih besar memerlukan pengobatan tambahan. Pupil diusahakan tetap melebar dengan pemberian obat, lalu dimasukkan antibiotik dan mata ditutup dengan plester. Sel-sel pada permukaan mata berregenerasi dengan cepat, meskipun goresannya besar, penyembuhannya akan berlangsung selama 1-3 hari.
10)  Jika benda asing telah menembus ke lapisan mata yang lebih dalam, segera hubungi dokter spesialis mata.




ASUHAN KEPERAWATAN KEMASUKAN BENDA ASING PADA MATA
  a.      Pengkajian
1)      Identitas
Nama
Umur
Suku/ bangsa
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
2)      Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat penyakit: Jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa, tindakan yang telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke rumah sakit
b)      Psikososial: Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat terkena benda asing
3)      Dasar Data Pengkajian Pasien
Kebutuhan sehari-hari pasien sebelum terkena trauma mata dapat dilakukan secara mandiri tetapi setelah mengalami trauma mata terdapat gangguan dan perubahan, seperti:
a)      Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada mata sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas istirahat / tidur
b)      Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu berhubungan dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri
c)      Makanan / cairan: pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dan menghindari rasa pedas
4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi
         Adanya perdarahan, perubahan struktur konjungtiva, warna, dan memar
         Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
         Pelebaran pembuluh darah perikornea
         Hifema
         Robek kornea
         Perdarahan dari orbita
         Blefarospasmae
         Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek
         Tes fluoresens positif
         Edema kornea
         Nekrosis konjungtiva/sclera
         Katarak
b)      Palpasi
         Adanya nyeri pada mata
5)      Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian pasien saat dilakukan tes adaptasi gelap, terjadinya peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan dan suhu, pada sinusitis dan benda asing yang lama dalam mata terjadi peningkatan jumlah leukosit karena terjadi infeksi yang lama.

  b.      Diagnosa
1)      Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)
2)      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis
3)      Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
4)  Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
  c.       Intervensi
1)   Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)
Subjektif :
a.       Mengatakan terkena benda asing.
b.      Mengatakan nyeri.
c.       Mengatakan ingin selalu memegang daerah yang luka.
Objektif :
a.       Memegang daerah mata.
b.      Meringis dan wajah tegang.
c.       Pemeriksaaan terdapat kerusakan struktur mata atau terdapat benda asing pada mata (edema kornea, ablasi kornea, dll).
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan struktur yang berlanjut  
Intervensi
Rasional
-kaji kondisi luka yang terjadi dan identifikasi penyebab cedera. Kaji tanda-tanda atau keluhan yang mungkin muncul.




-anjurkan klien untuk tidak melakukan penekanan pada mata, kecuali pada cedera dengan perdarahan.

-lakukan irigasi pada mata yang mengalami trauma kimia, atau pada mata dengan perdarahan yang dicurigai terdapat benda yang tertinggal.





-tutup mata dengan perban penekan bila terjadi perdarahan. Tameng mata dapat digunakan pada anak-anak yang agak besar.




-anjurkan klien untuk melaporkan setiap perubahan gejala awal.
-cedera fisik umumnya menetap, tidak akan merusak struktur lain kecuali ada manipulasi atau rudapaksa berikutnya. Sementara itu, trauma kimia mungkin akan terus berlanjut hingga beberapa saat setelah mata terpajan zat kimia.

-zat kimia dapat menyebabkan pelunakan organ. Penekanan fisik yang kuat dapat memperparah kerusak mata.

-irigasi merupakan penanganan utama terpenting pada trauma kimia untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Usahakan irigasi dilakukan dengan air garam fisiologis, atau air biasa bila tidak ada. Irigasi minimal dilakukan dengan menggunakan satu liter air dan pada trauma kimia alkali minimal dilakukan segera hingga selama 60 menit pascatrauma.

-luka yang mengalami perdarahan cukup besar, disamping ditutup dengan plester, penekanan dengan berat diharapkan dapat menghentikan perdarahan. Pada anak yang kurang kolaboratif dan cenderung mengucek mata sebaliknya dipasang ditameng.

-perubahan gejala yang lebih parah menunjukkan kerusakan meluas.
Blefarospasme, nyeri hebat, dan fotofobia serta kekaburan mata menunjukkan kerusakan struktur kornea. Penurunan tajam penglihatan dan pandangan ganda serta kehilangan lapang pandang parsial (perifer) maupun total mungkin menunjukkan kerusakan yang lebih dalam (pada lensa dan retina). Hifema menunjukkan perdarahan dalam bilik mata depan.

2)   Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis
Subjektif:
a.       Menyatakan takut /khawatir terjadi kerusakan mata.
b.      Menyatakan takut tidak bias melihat lagi.
Objektif :
a.       Wajah tegang
b.      Tanda vital meningkat
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan
Intervensi
Rasional
-kaji derajat kecemasan, factor yang menyebabkan kecemasan, tingkat pengetahuan dan ketakutan klien akan penyakit.




-orientasikan tentang penyakit yang dialami klien, prognosis dan tahapan perawatan yang akan dijalani klien.






-berikan kesempatan pada klien untuk bertanya tentang penyakitnya.

-beri dukungan psikologis.





-terangkan setiap prosedur yang dilakukan, jelaskan tahap perawatan yang akan dijalani.
-umumnya factor yang menyebabkan kecemasan adalah kurangya pengetahuan dan ancaman actual terhadap diri. Pada klien dengan glaucoma, rasa nyeri dan penurunan lapang penglihatan menimbulkan ketakutan utama.

-meningkatkan pemahamaan klien akan penyakit. Jangan memberikan keamanan palsu seperti mengatakan penglihatan akan pulih atau nyeri akan segera hilang. Gambarkan secara objektif tahap pengobatan, harapan proses pengobatan, dan orientasi pengobatan masa berikutnya.

-Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi klien.

-dukungan psikologis dapat berupa penguatan tentang kondisi klien dalam melibatkan diri dalam perawatan maupun mengorientasikan bagaimana kondisi penyakit yang sama menimpa klien yang lain.

-mengurangi rasa ketidakefektifan dan kecemasan yang terjadi.

3)      Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata.
Subjektif :
Menyatakan nyeri pada mata
Objektif :
Wajah tegang, meringis.
Tujuan :
Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.
Intervensi
Rasional
-kaji derajat nyeri setiap hari atau sesering mungkin jika diperlukan.


-terangkan penyebab nyeri dan factor/tindakan yang dapat memprovokasi nyeri.



-lakukan kompres pada jaringan sekitar mata.




-kolaborasi pemberian analgesic.


-ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi pada klien.
-nyeri trauma umumnya menjadi keluhan utama terutama nyeri akibat kerusakan kornea.

-nyeri disebabkan oleh efek kimiawi atau fisik benda dan nyeri dapat meningkat akibat provokasi
         menekan mata terlalu kuat
         gerakan mata tiba-tiba

-kompres dingin mungkin diperlukan pada trauma fisik akut dan juka kondisi stabil(agak lama), dapat digunakan teknik kompres hangat (jika tidak ada perdarahan).

-analgesik berfungsi untuk meningkatkan ambang nyeri.

-mengurangi nyeri dengan manipulasi dengan manipulasi psikologis.

4)  Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Subjektif :
Menyatakan tidak tahu cara merawat mata
Tujuan:
Perawatan rumah berjalan efektifa
Intervensi
Rasional
-kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan pascahospitalisasi.


-terangkan berbagai kondisi yang perlu dikonsultasikan
















-terangkan cara penggunaan obat-obatan.

-berikan kesempatan bertanya.




-tanyakan kesiapan klien untuk perawatan pascahospitalisasi.


-identifikasi kesiapan keluarga dalam perawatan diri klien pascahospitalisasi.
-sebagai modalitas dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan pulang.

-kondisi yang harus segera dilaporkan:
         Nyeri pada dan disekitar mata, sakit kepala menetap
         Setiap nyeri yang tidak berkurang dengan obat panggung nyeri
         Nyeri disertai mata merah, bengkak, atau keluar cairan, inflamasi dan cairan cairan dari mata, ada pendarahan (hifema)
         Demam tinggi
         Perubahan ketajaman penglihatan, kabur, pandangan ganda, selaput pada lapang penglihatan, atau kehilangan sebagian/seluruh lapang penglihatan.

-klien mungkin mendapatkan obat tetes atau salep (topical).

-meningkatkan rasa percaya, rasa aman, dan mengeksplorasi pemahaman dan hal-hal yang mungkin belum dipahami klien.

-respons verbal untuk meyakinkan kesiapan klien dalam perawatan pascahospitalisasi.

-kesiapan keluarga meliputi orang yang bertanggung jawab dalam perawatan, pembagian peran dan tugas serta penghubung klien dan institusi pelayanan kesehatan.

  d.      Evaluasi
1)      Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi):
a.    Klien berpartisipasi dalam perawatan.
b.   Tidak timbul gejala yang menunjukkan kerusakan lebih dalam.
2)      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis:
a.    Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang.
b.   Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan
3)      Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata:
a.    Klien dapat mengidentifikasi penyebab nyeri
b.   Klien menyebutkan factor-faktor yang dapat meningkatkan nyeri
c.    Klien mampu melakukan tindakan mengurangi nyeri
4)      Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung:
a.    Klien mengungkapkan kecemasan minimal atau hilang
b.   Klien berpartisipasi dalam kegiatan pengobatan

 KAJIAN TEORI KEMASUKAN BENDA ASING PADA HIDUNG
  a.      Anatomi Dan Fisiologi Hidung
Selain sebagai indera penciuman, hidung juga ternyata berguna sebagai saringan (filter) terhadap debu yang masuk bersama udara yang kita hirup. Hidung juga menjadi air conditioning system dengan cara menghangatkan atau melembabkan udara yang masuk ke tubuh kita.
Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
1)      Pangkal hidung
2)      Dorsum nasi
3)      Puncak hidung
4)      Ala nasi
5)      Kolumela
6)      Lubang hidung
Hidung luar dibentuk oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang hidung terdiri dari:
1)      Tulang hidung (os. Nasalis)
2)      Prosesus frontalis os. Maksila
3)      Prosesus nasalis os. Frontal
Sedangkan kerangka tulang rawan yang terletak dibagian bawah hidung, yaitu:
1)      Sepasang kartilago nasalis lateralis superior
2)      Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga kartilago ala mayor
3)      Beberapa pasang kartilago alar minor
4)      Tepi anterior kartilago septum

  b.      Pengertian
Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam kehidupan kita. Terkadang tanpa sengaja ada benda yang masuk kehidung. Benda asing disini biasanya berupa  biji-bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic-manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya. Mula-mula benda tersebut berada dilubang hidung sebelah luar kemudian terdorong kearah dalam ketika tarik nafas dalam dan menyebabkan sesak nafas.
  c.       Penyebab
Benda asing seperti biji-bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic-manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya.
  d.      Manifestasi Klinis
1)      Hidung tersumbat sebelah
2)      Rasa pedas dan sakit dalam hidung
3)      Hidung sampai berdarah
4)      Hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya.
  e.       Pemeriksaan Penunjang
1)      Pemeriksaan Diagnostic
2)      Laboratorium
  f.       Penatalaksanaan
1)      Bila yang masuk tidak terlalu dalam dan masih bisa terlihat, bisa diambil dengan sebatang pinset. Secara perlahan pinset tersebut dimasukkan kedalam hidung tarik benda tersebut dengan perlahan keluar dengan hati – hati.
2)    Bisa juga dilakukan dengan menutup liang hidung yang tidak tersumbat tarik nafas dengan mulut  lalu  buang  hembuskan kuat–kuat udara hingga benda asing itu keluar.
3)    Bila gagal letakkan anak atau korban dalam posisi sedikit menunduk condong kedepan cobalah benda asing dikait kearah keluar dengan pengait yang ujungnya tumpul agar tidak melukai.
4)      Bila gagal lagi, bawa segera kerumah sakit atau ahli THT
5)    Apabila benda itu lintah maka jepit dengan kuat lintah tersebut, hidung yang tersumbat ditetesi dengan air perasan tembakau sambil menarik jepitan tersebut. 
6)    Jika ada perdarahan, sumbatlah liang hidung yang berdarah dengan lintingan daun sirih yang sudah diremas atau lintingan kassa yang dibasahi lembab, peras dahulu sebelum dimasukkan kedalam liang hidung dengan minyak paraffin atau minyak kelapa atau boorzalf, vasselin agar tidak lengket bila dicabut.

ASUHAN KEPERAWATAN KEMASUKAN BENDA ASING PADA HIDUNG
  a.      Pengkajian
1)      Identitas
Nama
Umur
Suku/ bangsa
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
2)      Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit: Jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa, tindakan yang telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke rumah sakit
Psikososial: Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat terkena benda asing
3)      Dasar Data Pengkajian Pasien
Kebutuhan sehari-hari pasien sebelum terkena trauma hidung dapat dilakukan secara mandiri tetapi setelah mengalami trauma hidung terdapat gangguan dan perubahan, seperti:
a)      Pernapasan: nafas tersengal-sengal, takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri, perkusi pekak,penurunan fremits, bunyi nafas menurun/ tak ada secara bilateral atau uni lateral
b)      Makanan / cairan: mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, kehilangan nafsu makan dengan tanda turgor kulit buruk, kering, kehilangan tonus, berkeringat
c)      Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada hidung sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas istirahat / tidur
d)     Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu berhubungan dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri

4)      Pemeriksaan Fisik
a)      Inspeksi
         Terjadinya perdarahan dari  hidung dengan menetes atau mengalir dengan deras bahkan mengalir kebagian belakang kearah mulut.
         Hidung tersumbat dan sulit bernapas
b)      Palpasi
         Adanya nyeri pada hidung
5)      Pemeriksaan Penunjang
Terkadang pada sebagian pasien ditemukan kekurangan volume darah (hipovolemia), terjadinya peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan dan suhu, pada sinusitis dan benda asing yang lama dalam rongga hidung terjadi peningkatan jumlah leukosit karena terjadi infeksi yang lama. Dan kehilangan sensasi bau pada penderita

  b.      Diagnosa
1)  Gangguan sensori persepsi : penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
2)      Nyeri akut b/d agen cidera fisik
3)      Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
4)      Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas
5)      Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif : perdarahan massif
  c.       Intervensi
1)      Gangguan sensori persepsi: penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
Tujuan:
a.       Penciuman pasien normal
b.      Merasakan sensasi bau
Intervensi
Rasional
-Kaji seberapa besar kehilangan sensasi bau pada klien
-Kenalkan pasien dengan berbagai sensasi bau seperti aroma makanan, parfum dll
-Jelaskan pada pasien tentang keadaannya dan mekanisme bau sehingga pasien jelas dengan keadaannya.
-Kolaborasikan pemeriksaan selanjutnya dan terapi
-Mengetahui  tingkat penciuman pasien

-Mengetahui tingkat penciuman pasien


-Pasien mengetahui keadaannya


-Mempercepat proses penyembuhan

2)      Nyeri akut b/d agen cidera fisik
Tujuan:
a.       Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tekhnik farmakologi untuk mengurangi nyeri mencari bantuan)
b.      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen  nyeri
c.       Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi
Rasional
-Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
-Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan, misal perubahan posisi, gosokan punggung, kompres panas/dingin.
-Berikan aktivitas hiburan yang tepat.



-Catat kemungkinan patofisiologi yang khas seperti infeksi sinus.
-Observasi adanya tanda – tanda non verbal seperti ekspresi wajah
-Nyeri memiliki karakterristik yang berbeda, untuk menerangkan seberapa berat nyeri yang dirasakan

-Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik.


-Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.

-Mengetahui adanya infeksi lain

-Mengetahui tanda umu dari pasien

3)      Risiko infeksi b/d trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis
Tujuan:
                                     a.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
                                    b.      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
                                     c.      Jumlah leukosit dalam batas normal
                                    d.      Menunjukan perilaku hidup sehat
Intervensi
Rasional
-Kaji tanda – tanda vital dengan sering. Catat adanya penurunan TD, Nadi, RR, dan peningkatan Suhu
-Catat adanya perubahan kesadaran
-Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
-Cuci tangan setiap dan sesudah tindakan keperawatan
-Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
-Mengetahui kedaan umum pasien


-Mengetahui tingkat kesadaran pasien
-Mengurangi risiko infeksi

-Menjaga sterilisasi dan mencegah terjadinya infeksi lewat tangan
-Mengetahui perubahan tanda dan gejala infeksi

4)      Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas
Tujuan:
a.       Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi nafas, dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b.      Tanda –tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi dan pernafasan) 
Intervensi
Rasional
-Monitor vital sign
-Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernapasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasal.


-Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun dari tempat tidur dan ambulasi sesegara mungkin.


Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
-Mengetahui keadaan umu pasien
-Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas. Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhungan dengan atelektasis dan/atau nyeri dada pleuritik.
-Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
-Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.

5)      Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif : perdarahan massif
Tujuan:
                                     a.      Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
                                    b.      Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
                                     c.      Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
Rasional
-Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
-Monitor status hidrasi (kelembaban membra mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortotastik)
-Hentikan perdarahan
-Atur kemungkinan transfusi
-Mempertahankan keseimbangan volume cairan
-Mengetahui adanya gejala kekurangan volume cairan

-Menjaga keseimbangan cairan
-Mengembalikan keadaan normal darah

              d.      Evaluasi
1) Gangguan sensori persepsi : penciuman bd perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan
a.       Penciuman pasien normal
b.      Merasakan sensasi bau
2)      Nyeri akut bd agen cidera fisik.
a.  Mampu  mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan  tekhnik farmakologi untuk mengurangi nyeri mencari bantuan).
b.      Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen  nyeri
c.       Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
d.      Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
3)      Risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis.
a.       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b.   Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
c.       Jumlah leukosit dalam batas normal
d.      Menunjukan perilaku hidup sehat.
4)      Ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas.
a.    Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, Irama nafas, frekuensi nafas, dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
b.      Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi dan pernafasan) 
5)      Risiko kekurangan volume cairan bd kehilangan aktif: perdarahan massif
a.       Urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
b.      Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal
c.   Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.

C.    TUGAS DAN LATIHAN
   1.      Anatomi mata terbagi atas 4 kelompok, diantaranya kecuali…
a.       Palpebra
b.      Rongga mata
c.       Otot mata
d.      Bola mata
e.       Sistem kelenjar bola mata

   2.      Corpus alienum merupakan istilah medis dari…
a.       Benda asing
b.      Degenerasi retina
c.       Perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi
d.      Cedera mata
e.       Perdarahan hidung
   3.      Penatalaksanaan pasien yang kemasukan benda asing pada mata dapat dilakukan dengan…
a.       Anamnesa kejadian trauma
b.      Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
c.       Pemeriksaan dengan optalmoskop
d.      Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
e.       Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan rontgen orbita
   4.      Hal yang dapat dikaji pada pemeriksaan fisik pasien yang kemasukan benda asing pada mata antara lain…
a.       Hematoma
b.      Edema pupil
c.       Robek pupil
d.      Hifema
e.       Kerusakan otot orbita
   5.      Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kemasukan benda asing, kecuali…
a.       Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)
b.      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis
c.       Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata
d.      Nyeri yang berhubungan dengan trauma benda asing
e.       Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung
   6.      Manifestasi klinik pada pasien kemasukan benda asing pada mata kecuali
a.       Hidung tersumbat sebelah
b.      Rasa pedas dan sakit dalam hidung
c.       Nyeri hidung bagian atas
d.      Hidung sampai berdarah
e.       Hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya
   7.      Yang dapat dipalpasi pada pasien kemasukan benda asing pada hidung ditandai dengan…
a.       Hidung mengembang
b.      Nyeri hidung
c.       Luka hidung
d.      Keluarnya air dari rongga hidung
e.       Hidung memar
   8.      Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi: penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan kecuali…
a.       Catat kemungkinan patofisiologi yang khas seperti infeksi sinus
b.      Kaji seberapa besar kehilangan sensasi bau pada klien
c.       Kenalkan pasien dengan berbagai sensasi bau seperti aroma makanan, parfum dll
d.      Jelaskan pada pasien tentang keadaannya dan mekanisme bau sehingga pasien jelas dengan keadaannya.
e.       Kolaborasikan pemeriksaan selanjutnya dan terapi
   9.      Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif: perdarahan massif antara lain…
a.       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b.      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
c.       Jumlah leukosit dalam batas normal
d.      Menunjukkan perilaku hidup sehat
e.       Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
   10.  Dasar data pengkajian pasien kemasukan benda asing pada hidung dapat dilihat jika terdapat gangguan/perubahan kecuali…
a.       Nafas tersengal-sengal, takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri, perkusi pekak,penurunan fremits, bunyi nafas menurun/ tak ada secara bilateral atau uni lateral
b.      Keletihan, kelelahan tidak dapat melakukan aktivitas dengan sendiri
c.       Makanan / cairan: mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, kehilangan nafsu makan dengan tanda turgor kulit buruk, kering, kehilangan tonus, berkeringat
d.      Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada hidung sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas istirahat / tidur
e.       Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu berhubungan dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri
D.    PENUTUP
RANGKUMAN
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok tersebut antara lain palpebra, rongga mata, bola mata, sistem kelenjar bola mata. Corpus alienum adalah benda asing. Istilah ini sering digunakan dalam istilah medis. Merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan dari mecanical effect dan permulaan terjadinya proses infeksi. Penyebab cedera mata pada permukaan mata adalah percikan kaca, partikel yang terbawa angin dan ranting pohon. Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menimbulkan perasaan ada sesuatu dimata. Gejala lainnya adalah kepekaan terhadap cahaya, mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan tajam penglihatan, test onel, pemeriksaan lapang pandang, foto rontgen orbila. Setiap penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien yang kemasukan benda asing pada mata, harus dilaksanakan sesuai dengan teori. Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kemasukan benda asing pada mata antara lain, risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi), ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata, risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung.
Hidung adalah organ sederhana yang sebenarnya berfungsi sangat vital dalam kehidupan kita. Selain sebagai indera penciuman, hidung juga ternyata berguna sebagai saringan (filter) terhadap debu yang masuk bersama udara yang kita hirup. Hidung juga menjadi air conditioning system dengan cara menghangatkan atau melembabkan udara yang masuk ke tubuh kita. Hidung luar berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah yaitu pangkal hidung, dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela, lubang hidung.
Terkadang tanpa sengaja ada benda yang masuk kehidung. Benda asing disini biasanya berupa  biji – bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic – manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya. Benda asing seperti biji – bijian yang kecil seperti jagung, kacang, dan juga kedelai, manic-manic, kapur barus, nyamuk, lalat, kerikil, pasir dan lainnya. Tanda dan gejala yang kemungkinan terjadi antara lain hidung tersumbat sebelah, rasa pedas dan sakit dalam hidung, hidung sampai berdarah, hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan diagnostic dan laboratorium. Setiap penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien yang kemasukan benda asing pada hidung, harus dilaksanakan sesuai dengan teori. Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kemasukan benda asing pada hidung antara lain gangguan sensori persepsi : penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan, nyeri akut b/d agen cidera fisik, risiko infeksi bd trauma, pertahanan primer tak adekuat, penyakit sinusitis kronis, ketidakefektifan pola napas b/d nyeri, penyumbatan saluran napas bagian atas, risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif: perdarahan massif

TES AKHIR BAB
Soal
  1.      Anatomi mata terbagi atas 4 kelompok, diantaranya kecuali…
a.       Palpebra
b.      Rongga mata
c.       Otot mata
d.      Bola mata
e.       Sistem kelenjar bola mata
  2.      Corpus alienum merupakan istilah medis dari…
a.       Benda asing
b.      Degenerasi retina
c.       Perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi
d.      Cedera mata
e.       Perdarahan hidung
  3.      Penatalaksanaan pasien yang kemasukan benda asing pada mata dapat dilakukan dengan…
a.       Anamnesa kejadian trauma
b.      Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata.
c.       Pemeriksaan dengan optalmoskop
d.      Pemeriksaan keadaan mata yang kena trauma
e.       Bila ada perforasi lakukan pemeriksaan rontgen orbita
  4.      Hal yang dapat dikaji pada pemeriksaan fisik pasien yang kemasukan benda asing pada mata antara lain…
a.       Hematoma
b.      Edema pupil
c.       Robek pupil
d.      Hifema
e.       Kerusakan otot orbita
  5.      Diagnosa keperawatan yang ada pada pasien kemasukan benda asing, kecuali…
a.       Risiko perluasan cedera yang berhubungan dengan efek agens cedera (fisik, kimiawi)
b.      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis
c.       Nyeri yang berhubungan dengan kerusakan jaringan mata
d.      Nyeri yang berhubungan dengan trauma benda asing
e.       Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan, kurang sumber pendukung
  6.      Manifestasi klinik pada pasien kemasukan benda asing pada mata kecuali
a.       Hidung tersumbat sebelah
b.      Rasa pedas dan sakit dalam hidung
c.       Nyeri hidung bagian atas
d.      Hidung sampai berdarah
e.       Hidung pilek sebelah dan berbau disertai darah bila sudah lama kejadiannya
  7.      Yang dapat dipalpasi pada pasien kemasukan benda asing pada hidung ditandai dengan…
a.       Hidung mengembang
b.      Nyeri hidung
c.       Luka hidung
d.      Keluarnya air dari rongga hidung
e.       Hidung memar
  8.      Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi: penciuman b/d perubahan sensori persepsi, perubahan penerimaan sensori, stimulus lingkungan yang berlebihan kecuali…
a.       Catat kemungkinan patofisiologi yang khas seperti infeksi sinus
b.      Kaji seberapa besar kehilangan sensasi bau pada klien
c.       Kenalkan pasien dengan berbagai sensasi bau seperti aroma makanan, parfum dll
d.      Jelaskan pada pasien tentang keadaannya dan mekanisme bau sehingga pasien jelas dengan keadaannya.
e.       Kolaborasikan pemeriksaan selanjutnya dan terapi
  9.      Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif: perdarahan massif antara lain…
a.       Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b.      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
c.       Jumlah leukosit dalam batas normal
d.      Menunjukkan perilaku hidup sehat
e.       Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
  10.  Dasar data pengkajian pasien kemasukan benda asing pada hidung dapat dilihat jika terdapat gangguan/perubahan kecuali…
a.       Nafas tersengal-sengal, takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri, perkusi pekak,penurunan fremits, bunyi nafas menurun/ tak ada secara bilateral atau uni lateral
b.      Keletihan, kelelahan tidak dapat melakukan aktivitas dengan sendiri
c.   Makanan / cairan: mual, muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, kehilangan nafsu makan dengan tanda turgor kulit buruk, kering, kehilangan tonus, berkeringat
d.      Tidur dan istirahat: adanya rasa nyeri pada hidung sehingga mengakibatkan terganggunya aktivitas istirahat / tidur
e.   Personal hygiene: mandi, gosok gigi, BAB, BAK terganggu berhubungan dengan gangguan penurunan dan rasa nyeri


Kunci Jawaban

  1.      C
  2.      A
  3.      E
  4.      D
  5.      D
  6.      C
  7.      B
  8.      A
  9.      E
  10.  B


E.     DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Asuhan Keperawatan. Available at:http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan keperawatan-gawat-darurat-pada_26.html. Diakses pada 9 September 2014
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta.
Huda Armin, Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi keperawatan berdasarkan diagnose medis dan NANDA NIC-NOC. Edisi revisi jilid 2. Yogyakarta: Media
NANDA, 2005 – 2006 . Diagnosa Keperawatan : defenisi dan klasifikasi.Prima medika
Satria, Bayu. 2010. Asuhan Gawat Darurat pada Trauma Mata:http://www.bayusatria.web.id/2010/11/asuhan-gawat-darurat-pada-mata-trauma.html. Diakses pada 8 September 2014
Sutawijaya, Bagus Risang. 2009. Gawat darurat  Panduan Kesehatan Wajib di Rumah Anda.  Yogyakarta : Aulia Publishing


Tidak ada komentar: