Rabu, 15 April 2015

askep COPD

BAB I
PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun.. Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia.


B.     EPIDEMOLOGI
  
Penderita pria : wanita = 3-10 : 1. Pekerjaan penderita sering berhubungan erat dengan faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. Di daerah perkotaan, insiden PPOM 1 ½ kali lebih banyak daripada pedesaan. PPOK merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat yang menyebabkan 26.000 kematian/tahun di Inggris. Prevalesinya adalah ≥ 600.000. Angka ini lebih tinggi di negara maju, daerah perkotaan, kelompok masyarakat menengah ke bawah, dan pada manula (Davey,2002:181). The Asia Pacific CPOD Roundtable Group memperkirakan jumlah penderita PPOK sedang berat di negara-negara Asia Pasific mencapai 56,6 juta penderita dengan angka pravalensi 6,3 persen (Kompas,2006).
Data badan kesehatan dunia ( WHO ) menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK menempati urutan ke 6 sebagai penyebab utama kematian di dunia sedangkan pada tahun 2002 telah menempati urutan ke 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Hasil survey penyakit tidak menular oleh direktorat jenderal PPM dan Pl di 5 rumah sakit provinsi di Indonesia (jawa barat, jawa tengah, jawa timur, lampung dan sumatra selatan) pada tahun 2004 , menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma brokial (33%), kangker paru (30%) dan lainya (2%) (depkes RI2004).









BAB II
TINJAUAN TEORI 
    
A.    DEFINISI
Penyakit paru-paru obstruktif kronis/PPOK (COPD) adalah suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus-menerus. Gangguan yang penting adalah bronkhitis kronis, emfisema dan asma bronkhial( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).

B.     ETIOLOGI
a.    Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
b.    Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
c.    Polusi oleh zat- zat pereduksi.
d.    Faktor keturunan.     
e.    Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.

C.    TANDA DAN GEJALA
1.      Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
  1. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
  2. Dispnea.
  3. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
  4. Anoreksia.
  5. Penurunan berat badan dan kelemahan.
  6. Takikardia, berkeringat.
  7. Hipoksia, sesak dalam dada.
D.    PENATALAKSANAAN
1.    Bronkodilator: Albuaterol ( proventil, ventolin ), isoetarin ( bronkosol, bronkometer
2.    Kortikosteroid : Metilprenisolon, Deksametason.
3.    Antibiotik
4.    Terapi Oksigen: sesuai indikasi hasil AGD dan toleransi klien.
5.    Ventilasi Mekanik     
6.    Bantu pengobatan pernafasan (Fisioterapi dada)
7.    Berikan vitamin atau mineral atau elektrolit sesuai indikasi.


E.     KASUS
1.      PENGKAJIAN
a.       Biodata
1.      Nama                            : Tn T
2.      Jenis Kelamin                : Laki-laki
3.      Umur                             : 54
4.      Status Perkawinan        : Menikah
5.      Pekerjaan                      : Petani
6.      Agama                          : Islam
7.      Pendidikan Terakhir     : SD
8.      Alamat                          : Gedangan
9.      Tanggal MRS                : 5 November 2012
10.  Tanggal Pengkajian        : 6 November 2012
b.      Diagnosa Medis                    : COPD
c.       Keluhan Utama                     : Sesak Nafas
d.      Riwayat Penyakit Sekarang   
e.       Riwayat Penyakit/Kesehatan yang Lalu
f.       Riwayat Kesehatan Keluarga
g.      Pola Aktivitas Sehari-hari
h.      Riwayat Psikososial
i.        Pemeriksaan Fisik
j.        Pemeriksaan Neurologis
k.      Pemeriksaan Penunjang

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
  1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penyempitan bronkus
  2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada selaput paru-paru.

3.      INTERVENSI
1.      Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dgn peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal & kental.
Tujuan: Ventilasi/oksigenisasi adekuat buat kebutuhanindividu
Kriteria hasil: Mempertahankan jalan napas paten & bunyi napas
bersih/jelas.
Intervensi :
1.      Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
2.      Kaji pasien buat posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk & sandaran tempat tidur.
3.      Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya : mengi, krokels & ronki.
  1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dgn penyempitan bronkus
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
o    Tanpa terapi oksigen, SaO2 95 % dank lien ti& mengalami sesak napas.
o    Tanda-tkita vital dalam batas normal
o    Tidak ada tanda-tkita sianosis.
Intervensi :
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat pengguanaan otot aksesorius, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
2.      Kaji/awasi secara rutin kulit & warna membrane mukosa.
3.      Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien buat memilih posisi mudah buat bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai dgn kebutuhan/toleransi individu.
3.      Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengn proses peradangan pada selaput paru-paru.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil :
o    Klien mengatakan rasa nyeri berkurang/hilang.
o    Ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
1.      Tentukan karakteristik nyeri, miaalnya ; tajam, konsisten, di tusuk, selidiki perubahan karakter/intensitasnyeri/lokasi.
2.      Pantau tanda-tanda vital.
3.      Berikan tindakan nyaman, misalnya ; pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang/perbincangan, relaksasi/latihan napas.

4.      IMPLEMENTASI
Ruang : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur : 54 tahun
No. Reg : 304392


No.
Tanggal
No. diagnosa
Tindakan
Tanda-tangan
1




2




3
07-11-2012




08-11-2012




09-11-2012



1,2

1,2
1,2,3
1

1,2,3

3

2,3
1
1
1.  Memberikan terapi O2 (nasal canul) = 2 l/1
2.  Mengatur posisi semi fowler
3.  Mengobservasi TTV tiap 8 jam
4.  Memberikan terapi nebulizer sesuai resep
5.  Memberikan terapi/pengobatan sesuai resep
6.  Melakukan managemen nyeri (pengalihan perhatian dengan mengajak bercerita)
7. Melatih pasien nafas dalam
8. Meminta pasien untuk mendemonstrasikan batuk efektif
9. Minta pasien untuk minum air hangat






5.      EVALUASI
Evaluasi Formatif
Ruang             : IRNA Imam Bonjol
Nama Pasien : Tn. T
Umur   : 54 tahun
No. Reg : 304392
No. Dx
Tanggal : 07 November 2012
Tanggal : 08 November 2012
Tanggal : 09 November 2012
1.
S : pasien mengatakan masih sering batuk, sekret kental dan sulit dikeluarkan

O : batuk berdahak, terdengar suara ronchi

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi no. 01-06
S : pasien mengatakan batuk berkurang, dapat mengeluarkan sekret

O : sekret berwarna putih, batuk pasien lebih bersih

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi no. 01-06
S : pasien mengatakan  batuk berkurang, sekret juga berkurang

O : batuk pasien terdengar lebih bersih, pasien jarang batuk.

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi no 01-06
2.
S : pasien mengatakan sesak berkurang

O : keadaan umum lemah, RR = 24x/menit, terpasang terapi O2 3l/menit

A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no. 1-7
S : pasien mengatakan sesak berkurang

O : keadaan umum lemah, RR = 24x/menit, terpasang terapi O2 2l/menit

A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no. 1-7
S : pasien mengatakan  tidak sesak

O : keadaan umum baik, RR = 21x/menit, tidak terpasang terapi O2

A : masalah teratasi

P : lanjutkan observasi
3.
S : pasien mengatakan nyeri pada bagian dada sebelah kiri

O : grimace +, skala nyeri 7

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkann intervensi no. 1-6
S : pasien mengatakan nyeri pada dadanya berkurang

O : grimace berkurang dari sebelumnya, skala nyeri 4

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkann intervensi no. 1-6
S : pasien mengatakan nyeri semakin berkurang

O : grimace -, skala nyeri 2

A : masalah teratasi

P : lanjutkann observasi







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN


1.   PENGKAJIAN
a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b.      Pola nutrisi metabolik
c.       Pola aktivitas dan latihan
d.      Pola tidur dan istirahat
e.       Pola persepsi sensori dan kognitif
f.       Pola hubungan sesama
g.      Pola reproduksi seksualitas   
h.      Pola koping dan toleransi terhadap stress

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif b.d kelemahan, upaya batuk yang buruk, sekresi yang kental atau berlebihan.
2.      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai oksigen.
3.      Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan b.d kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia.

3        INTERVENSI (NANDA, NIC- NOC, 2013).
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1.   Bersihan Jalan  Nafas tidak efektif
Faktor yang berhubungan dengan:
a.    Lingkungan : perokok pasif, mengisap aspa, merokok
b.    Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
c.    Fisiologis: Jalan napas alergik, asma, penyakit paru obstruktif kronik, hiperplasi dinding bronchial, infeksi, disfungsi neuromuskular
NNOC:
a.    Respiratory status : Ventilation
b.    Respiratory status : Airway patency
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……..pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas
C Kriteria Hasil :
a.    Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b.    Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c.    Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
NIC:
Airway Suction
a.    Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
b.    Berikan O2  ……l/mnt, metode………
c.    Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakheal
AiAirway Managemen
a.    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b.    Lakukan fisioterapi dada jika perlu
c.    Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
d.    Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
e.    Berikan bronkodilator bila perlu
f.     Monitor status hemodinamik
g.    Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
h.    Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
i.      Monitor respirasi dan status O2
j.      Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
2.    Intoleransi aktivitas
Faktor yang berhubungan :
a.    Tirah Baring atau imobilisasi
b.    Kelemahan menyeluruh
c.    Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan
d.    Gaya hidup yang dipertahankan.
NOC :
a.    Self Care : ADL
b.    Toleransi aktivitas
c.    Konservasi eneergi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan
Kriteria Hasil :
a.    Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
b.    Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADL’s) secara mandiri
c.    Keseimbangan aktivitas dan istirahat
d.    Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
e.    Level kelemahan
f.     Energy psikomotor
g.    Status kardiopulmonary adekuat
h.    Sirkulasi status baik
i.      Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC :
a.    Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
b.    Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
c.    Monitor nutrisi  dan sumber energi yang adekuat
d.    Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
e.    Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
f.     Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
g.    Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
h.    Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
i.      Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
j.      Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
k.    Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
l.      Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas yang disukai
m.   Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
n.    Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
o.    Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
p.    Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
q.    Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
3.   Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
NOC:
a.    Nutritional status: Adequacy of nutrient
b.    Nutritional Status : food and Fluid Intake
c.    Nutritional Status : nutrient intake
d.    Weight Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi
Kriteria hasil :
a.    Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
b.    BBI sesuai dengan tinggi badan
c.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d.    Tidak ada tanda- tanda malnutrisi
e.    Menunjukkan penigkatan fungsi pengecapan dari menelan
f.     Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
NIC :
Nutrition Managemen
a.    Kaji adanya alergi makanan
b.    Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
c.    Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, Vitamin C dan Protein
d.    Berikan substansi gula
e.    Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
f.     Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
g.    Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
h.    Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
i.      Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
j.      Kaji kemampuan pasien untuk mendaptakn nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring:
a.    BB pasien dalam batas normal
b.    Monitor adanya penurunan BB
c.    Monitor lingkungan selama makan
d.    Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
e.    Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
f.     Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam makan
g.    Monitor turgor kulit
h.    Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
i.      Monitor mual dan muntah
j.      Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
k.    Monitor intake nuntrisi
l.      Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral
m.   Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet








PATHWAY



Pencetus                                                                            Rokok dan polusi
( Asthma, Bronkhitis Kronis, Emfisema)
                                                                                                                             
                                                                                                                                   
      PPOK                                                                                     Inflamasi
 


                                                                                                                             
  Perubahan anatomis parenkim Paru                                                        Sputum meningkat
 


                                                                                                                             
                  Pembesaran alveoli                                                                          Batuk
 


                                                                                                                             
Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif
Hiperartropi kelenjar mukosa                                     
                                                     
                                                                                                                             

Penyempitan saluran udara secara periodic                                                           Infeksi
                                                                                                                       

Ekspansi paru menurun                                                                 Leukosit meningkat
 


                                                                                                                             
Kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen                            Imun menurun
Dengan meningkatkan frekuensi pernapasan                                                       
                                                                                                                             
                                                                                                                                         
Kontraksi otot pernapasan penggunaan                                        Kuman patogen dan endogen
energi untuk Pernapasan meningkat                                                         difagosit magrofag
                                                                                                                             

Dx : Intoleransi aktivitas
                                                                                                                       Anoreksia
                                                                                                                             

                                                                                                                 
Dx : Gangguan nutrisi kurang
Dari kebutuhan tubuh
 








BAB IV
PENUTUP



A.    KESIMPULAN

Penyakit paru-paru obstrutif kronis/PPOK (COPD) adalah suatu kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus-menerus. Gangguan yang penting adalah bronkhitis kronis, a bronkhial( Arif Muttaqin, 2008: 156 ).

Penyakit paru obsrtuktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Penyebab COPD :

§  Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronkhitis kronik dan emfisema.
§  Adanya infeksi : Haemophilus influenzae dan streptococcus pneumonia.
§  Polusi oleh zat- zat pereduksi.
§  Faktor keturunan.       
§  Faktor sosial- ekonomi : keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.




B.     SARAN

§  Diharapkan Pembaca dapat mengerti tentang COPD dan mencegahnya dan deteksi dini padapenyakitini.
§  Perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikanpenanganan yang tepatuntukmengatasipenyakit COPD.
§  Di dalam masalah PPOK, sebaiknya terlebih dahulu mencegah faktor pencetus seperti asap rokok, polusi udara dan lain-lain agar tidak terkena PPOK. Karena mengingat penderita akan mengalami sakit yang berkepanjangan dan hal ini sangat merugikan penderita.













DAFTAR PUSTAKA



Irman, S. 2008. Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

NANDA, NIC- NOC. 2013.  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis & NAND, NIC- NOC. Jakarta: Media Action Publishing.

Tamsuri, Anas. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Pernafasan. Jakarta: EGC.


Tidak ada komentar: