Kamis, 16 April 2015

Makalah Diare

PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
                Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua.  sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.
                  Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare
            Angka tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung. Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan penanganan serius.
            Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
            Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, danFinger.
            Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan. (lifestyle.okezone.com).
           Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare se banyak 1,6 – 2 kali per tahun
            Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
            Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau. Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan, 164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa
            Sepintas diare terdengar sepele dan san gat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu.






                                                                                                       



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
            Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
           Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
           Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
            Menurut WHO (1990) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih darui tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
            Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lender dan darah. 
           Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

B.  Etiologi
      1. infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang      terkontaminasi  dan menyebabkan diare seperti campylobacter, salmonella shigella dan   Escherichia coli.
         2.  Infeksi Virus
            Virus yang menyebabkan diare yaitu rota virus,Norwalk,cytomegalovirus, virus herpes             simplex dan virus hepatitis.

         3.  Intoleransi Makanan
            factor makanan misalnya makanan basi, beracun,atau alergi terhadap             makanan.penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara    langsung,seperti:
            makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi,baik yang sudah dicemari oleh             serangga atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor.
            Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
            Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
         4.  Parasit
            Masuk dalam tubuh melalui makanan minuman yang kotor dan menetap dalam system             pencernaan seperti giardia lamblia, entamoeba histolytica dan cryptosporidium.
         5.  Reaksi Obat
            Seperti antibiotic, obat-obatan, tekanan darah dan antasida mengandung magnesium.
         6.  Penyakit Inflamasi
Penyakit inflamasi usus atau penyakit abdominalis gangguan fungsi usus seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal.

C.  Patofisiologi
            Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut:
1.    Diare Osmotik
            Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
a.    Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.
b.    Waktu pengosongan lambung yang cepat. Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.
c.    Defisiensi enzim. Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu.
d.    Laksan osmotic. Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris).
                        Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:
·         Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
·         Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
·         Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.
2.    Diare sekretorik
            Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan             timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare s           dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Seperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam     keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
            Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi             pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan             vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
3.    Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
            Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit             sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili             mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.
4.    Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
            Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan             hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.
5.    Diare eksudatif
            Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter,             yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi             cairan serta mukus.

                                                                                                                             
D.  Diagnosis
                  Diagnosis didasarkan pada definisi di atas, akan tetapi perlu dilakukan pengkajian tentang
a.    Riwayat diare sekarang
      Meliputi: lama kurang dari 1 mg, frekuensi, konsistensi, muntah, demam, BAK 6 jam 
terakhir, tindakan yang telah dilakukan.
b.    Riwayat diare sebelumnya
c.     Riwayat penyakit penyerta saat ini
d.    Riwayat Imunisasi
e.    Riwayat makanan sebelum diare
f.      Pemeriksaan laboratorium
·         Specimen feces : Plymorfonuklear leukosit sebagai gambaran infeksi
·         ELISA : untuk mengkonfirmasi infeksi parasite
·         pH< 6 dan penurunan substansi menunjukan malabsorbsi KH dan deficiency laktose sekunder.
·         Test urine : menentukan dehidrasi
·         Peningkatan Hmt, Hb, creatinin dan BUN umumnya ditemukan pada DCA.



E. Terapi
Pengobatan penderita diare harus berdasarkan sasaran terapi diare dan strategi terapi,  antara lain :
            Sasaran terapi :
·         Penyebab diare
·         Gejala diare
·         Resiko dehidrasi
            Strategi terapi :    
·         Managemen diare
·         Pencegahan kelebihan air dan elektrolit, asam basa
·          Mengurangi atau meniadakan gejala
·         Menghilangkan penyebab
·         Managemen penyakit sekunder penyebab diare
            Tata laksana terapi
·         Pencegahan diare :
1)    Menghindari faktor penyebab
ü  Terutama kontaminasi oleh infeksi protozoa, bakteri dan virus
ü  Diare viral akut sering terjadi di tempat penitipan anak
ü  Kontak person-to-person dan makanan
2)    Peningkatan status kesehatan masyarakat
ü  Sanitasi dan higienisitas diperbaiki
ü  Pola hidup sehat
3)    Monitoring status atau kondisi pasien bila diare adalah efek sekunder penyakit yang lain
4)    Penggunaan obat
ü  Untuk pelancong ke daerah endemic
ü  Antibiotika dan bismuth subsalisilat

·         Terapi non farmakologi :
1)    Pengaturan makanan
ü  Menghentikan konsumsi makanan pendukung diare (solid foods, poorly absorbed food, dll)
ü  Makanan harus diteruskan bahkan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada gizi

2)    Rehidrasi
Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan oleh diare adalah untuk             mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) dan           kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Kehilangan cairan dapat diganti baik secara oral maupun intravena. Cara intravena biasanya hanya dibutuhkan untuk rehidrasi inisial penderita dehidrasi berat.
                                    Upaya Rehidrasi Oral (URO):
URO berdasarkan prinsip bahwa absorpsi natrium usus (dan juga elektrolit lain             dan air) dilakukan oleh absorpsi aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa atau asam amino. Proses ini terus berfungsi normal selama diare sekretorik, meskipun jalan lain untuk absorpsi natrium oleh usus rusak. Jadi bila penderita diare sekretorik minum larutan garam isotonic yang tidak mengandung sumber glukosa atau asam amino, natrium tidak akan diabsorpsi dan cairan tetap berada di dalam usus, ditambahkan kedalam volume tinja penderita. Namun begitu, bila diberikan cairan isotonic yang seimbang antara glukosa dan garamnya, absorpsi ikatan glukosa natrium akan terjadi dan hal ini akan diikuti dengan absorpsi air dan elektrolit yang lain. Proses ini dapat mengkoreksi kehilangan air dan elektrolit yang ada dan mengganti kehilangan tinja selanjutnya pada kebanyakan penderita diare sekretorik, tidak tergantung pada penyebab diare atau umur penderita.
                                    Cairan rehidrasi oral (oralit):
·         Cairan ini mempunyai osmolaritas yang mirip, atau kurang dari osmolaritas plasma yaitu sekitar 300 mosmol/l atau kurang
·         Konsentrasi natrium harus cukup untuk mengganti kekurangan natrium secara      efisien pada anak atau dewasa dengan gejala klinik dehidrasi
·         Ratio glukosa terhadap natrium (dalam mmol/l) harus paling tidak 1 : 1 untuk mencapai penyerapan natrium yang maksimal
·         Konsentrasi kalium harus sekitar 20 mmol/l untuk mengganti kehilangan kalium dengan adekuat
·         Konsentrasi basa harus 10 mmol/l untuk sitrat atau 30 mmol/l untuk bikarbonat, sehingga tepat untuk mengkoreksi asidosis metabolic akibat diare, penggunaan trisodium sitrat, dihidrat lebih disukai karena paket oralit menjadi lebih tahan lama (tidak mudah menjadi lengket)
                                     URO tidak efektif untuk :
·         Pengobatan awal dehidrasi berat, karena cairan harus segera diganti dengan cepat
·         Penderita ileus paraltikus dan perut kembung
·         Penderita yang tidak dapat minum
·         Penderita dengan muntah berat dan berulang-ulang
·         Penderita malabsorpsi glukosa
                                    Pengobatan intravena :
·         Cairan ringer laktat, larutan ini mengandung konsentrasi natrium yang tepat dan cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolic. Namun demikian konsentrasi kaliumnya rendah dan larutan ini tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemi
·         Garam faali/NaCl 0,9 %
·         Cairan D gana
·         Terapi farmakologi

1)    Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
                        Antibiotika tidak begitu penting pada beberapa kasus diare infeksi ringan dan dapat                                   sembuh sendiri, penggunaan pada diare berat terbukti menurunkan durasi penyakit dan               menurunkan morbiditas, mencegah proses invasi infeksi dan penularan pathogen                                     person to person, pemilihan obat berdasarkan mikroorganisme penyebabnya.
Vibrio cholera
Doksisiklin 300 mg; eritromisin 250-500 mg; tetrasiklin 500 mg oral 4 kali sehari
Enterotoxigenic E. coli
Norfloksasin 400 mg 2 kali sehari
C. difficile
Metronidazol 250 mg 4 kali sehari; vankomisin 125 mg secara oral 4 kali sehari
Shigella
Trimetoprim-sulfametoksazol DS; ofloksasin 300 mg; norfloksasin 400 mg atau siprofloksasin 500 mg 2 kali sehari
Salmonella
Trimetoprim-sulfametoksazol DS

ü  Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
ü   Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
ü  Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
ü  Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.

2)    Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
a)    Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
b)    Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
c)    Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
3)    Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
4)    Enzim, mekanisme enzim digesti karbohidrat untuk pasien diare akibat lactose intolerance
5)    Mikroflora usus, mekanisme mengembalikan fungsi normal usus dan menekan pertumbuhan mikroorganisme pathogen sebagai pengganti mikroflora koloni.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
            Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai criteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lender dan darah. 
            Penyebab dari penyakit ini yaitu, infeksi bakteri, infeksi firus, intoleransi makanan, parasit, reaksi obat, dan penyakit inflamasi.
            Pengobatan atau terapi penyakit diare ini dapat dilakukan secara farmakologidan non farmakologi.

B.  Saran
            Diare merupakan salah satu penyakit yang tidak boleh diacuhkan. Karena penyakit ini menjadi salah satu penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita). Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan serta pengobatan bagi  penderita diare berdasarkan sasaran terapi diare dan strategi terapi.



           








                                                            DAFTAR PUSTAKA


http://wwwagnesfeolistin.blogspot.com/2011/05/diare.html


Tidak ada komentar: